Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
Sebuah kisah nyata. Ada seorang bapak paruh baya, menderita penyakit
leukimia atau kanker darah dalam masa yang cukup lama. Bapak ini
divonis oleh dokter bahwa hidupnya hanya akan bertahan hingga dua
bulan ke depan saja. Berbagai cara sudah diupayakan untuk
pengobatannya, namun penyakitnya tak kunjung sembuh. Maka atas
persetujuan dirinya dan keluarga, bapak ini memutuskan untuk cangkok
sum sum tulang belakang.
Hari yang ditentukan itu pun tiba. Sebelum menjalani operasi, diadakan
pemeriksaan terakhir. Ada sesuatu yang aneh dijumpai oleh tim dokter.
Mereka tidak menemukan tanda-tanda sakit yang diderita oleh pasien.
Setelah pengecekan darah dan lain sebagainya, kondisi bapak ini
ditemukan baik. Ia berangsur pulih dan membaik hanya semalam saja
dalam hitungan jam. Karena bingung dan tidak percaya, dokter yang
menanganinya ini bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi tadi malam?
Apa yang bapak telah lakukan? Adakah yang bapak minum sehingga
bapak bisa berangsur pulih hanya dalam semalam saja?” Bapak itu
menjawab, “Saya tidak meminum apapun dokter. Yang saya lakukan
semalam hanyalah mengampuni seseorang yang bersalah kepadaku. Saya menyadari sakit yang paling parah saya derita sebenarnya bukanlah sakit fisik melainkan rasa dendam puluhan tahun yang telah saya pendam. Itulah penyakit terberat saya. Semalam saya
juga memohon ampun pada Tuhan atas rasa dendam yang selama ini
saya simpan”. Dokter itu kemudian pergi dan dalam diam ia memuji
kebesaran Tuhan(RD. Hendrik Palimbo, Toraja).
Dalam injil Matius 18:21-19:1 hari ini, Yesus mengajar kita untuk
mengampuni. Petrus bertanya kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali
aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?
Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata
kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali
tujuh kali” (Mat.18:21-22). Kita tahu angka tujuh dalam pikiran orang
Yahudi adalah angka yang sempurna. Allah memberkati hari ketujuh dan
menjadikannya hari Sabat (Kej.2:2-3). Dengan menyebut angka tujuh
kali dalam mengampuni, Petrus hendak menunjukkan kepada Yesus
betapa dia sudah murah hati kepada sesama. Tetapi sungguh
mengagetkan jawaban Yesus. Ia berkata bahwa mengampuni itu bukan
hanya tujuh kali tetapi tujuh puluh kali tujuh kali. Yesus hendak
menegaskan kepada Petrus bahwa mengampuni itu bukan sejauh kita
mampu, tetapi mengampuni itu adalah panggilan hidup sebagai murid
Yesus.
Tuhan itu penuh pengampunan. Dalam peristiwa penyaliban, di hadapan
para prajurit yang memukul, mencambuk, menghina dan menghujat dia.
Yesus bersabda, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat” (Luk.23:34). Yesus menunjukkan betapa besar
kasih-Nya kepada mereka, tetapi mereka belum dapat menyadarinya.
Cinta dibalas dengan pengkhianatan.
Namun demikian, kasih Yesus tetap kepada umat-Nya. Cinta Yesus ini yang mau kita teladani setiap hari. Kita dipanggil untuk mengampuni dengan penuh sikap rendah hati. Mengapa
demikian? Sebab mengampuni itu tidak mudah. Mengampuni seseorang
karena melakukan kekeliruan kecil barangkali masih bisa dengan mudah
dilakukan. Tetapi apabila seseorang telah melakukan pelanggaran besar
kepada kita, maka kita akan jauh lebih sulit untuk melakukannya.
Tidak ada yang sempurna. Tidak ada keluarga yang selalu sempurna;
tidak ada komunitas yang selalu sempurna. Baik suami-istri, anak,
pimpinan komunitas dan beserta anggota; pimpinan perusahaan,
karyawan dan lain sebagainya juga tidak selalu sempurna. Kita semua
membawa serta dalam diri potensi untuk berbuat baik dan potensi
berbuat jahat. Pengampunan mengajarkan kepada kita pada tindakan
kasih yang menyembuhkan baik secara jasmani, mental dan spiritual.
Rasa dendam justru membuat kita memelihara penyakit psikis akibat
kemarahan yang terus kita bawa tanpa kita sadari akan menjadi
bumerang bagi diri kita sendiri. Mengampuni sesama yang bersalah
kepada kita adalah suatu tindakan menyembuhkan diri sendiri bahkah
melahirkan kehidupan baru yang membawa rasa gembira dan
sukacita. Tuhan yang telah mengampuni segala dosa dan kesalahan kita
mengajak kita untuk menjadi agen penyalur kasih-Nya melalui cara-cara
kita setiap hari menebarkan kasih melalui pengampunan. Allah itu Kasih,
Allah itu suka mengampuni.
Doa:
Ya Allah Bapa yang maha Pengasih dan penyayang, semoga dengan
kekuatan ilahi-Mu, aku mampu saling mengampuni dan hidup rukun
sebagai saudara baik dalam keluarga, komunitas, Gereja dan masyarakat.
Amin.
Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Kamis Pekan Biasa XIX. Salam
doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan
Putera dan Roh Kudus...Amin.. (Sumber the katolik.com/adiutami.com/kgg).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News