Berita Maumere
Petani Tembakau di Maumere Mengeluh Panen Tembakau Berkurang Akibat Abu Vulkanik Lewotobi
Sejumlah Petani Tembakau di Maumere Mengeluh Panen Tembakau Berkurang Akibat Abu Vulkanik Lewotobi. Kini mereka sedih.
Laporan Reporter Magang TRIBUNFLORES.COM, Stevani Thresia
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE – Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), membawa dampak serius bagi para petani tembakau di wilayah tetangganya, Kabupaten Sikka.
Sejumlah petani mengeluhkan kualitas hasil panen yang menurun drastis akibat paparan abu vulkanik, sehingga mengancam sumber pendapatan utama mereka.
Thomas Saru (70), seorang petani dan penjual tembakau asal Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, merasakan betul dampak tersebut.
Pria yang telah menggeluti usaha ini sejak usia muda itu menyatakan bahwa hasil panennya berubah total sejak erupsi terjadi.
Baca juga: Larang Jual Rokok Eceran, Kemenkes: Tekan Konsumsi Rokok & Dampak Buruk Tembakau
“Dulu kan Gunung Lewotobi belum meletus, kami rasa (hasilnya) baik. Tembakau yang kena abu ini hasilnya tidak bagus,” ungkap Thomas saat ditemui di lapaknya di Pasar Tradisional Nita, Kecamatan Nita, Kamis (2/10/2025).
Di lahannya, bapak dari tiga orang anak ini biasa menanam antara 1.000 hingga 2.000 pohon tembakau dengan target panen setiap tiga bulan.
Ia menjelaskan bahwa harga tembakau kering sangat bergantung pada warna dan kualitasnya, yang secara lokal dibagi menjadi dua tipe, yaitu bako mi dan bako gahu.
Akibat kualitas panen yang buruk, Thomas terpaksa beralih profesi sementara untuk menyambung hidup.
“Kalau hasil panennya buruk seperti ini, saya memilih untuk tidak berdagang tembakau. Saya menggarap kebun sayur dan menggembalakan sapi,” tambahnya.
Keluhan serupa juga datang dari Ambrosius (40), pedagang tembakau lain yang berdomisili di Lingkar Luar, Kelurahan Madawat.
Sama seperti Thomas, Ambrosius menanam sendiri tembakau yang ia jual dan merasakan langsung penurunan kualitas akibat abu vulkanik.
Untuk mencari penghasilan tambahan dan menutupi kerugian, Ambrosius terpaksa membagi waktunya. Di sela-sela waktu saat tidak berdagang, ia bekerja sebagai seorang tukang ojek.
Dampak paling signifikan terasa saat proses pengeringan pascapanen, di mana abu sulit dihilangkan dan menyebabkan warna tembakau menjadi kusam serta merusak aroma khasnya yang menjadi faktor utama penentu harga jual di pasaran.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.