Berita Maumere
Kisah Leni dan Emi Penjual Sayur di Trotoar Geliting Sering Sembunyi saat Sat PP Datang Sidak
Marlina Nona Leni (44) dan Maria Emilde (50), dua pedagang sayur, berjualan di trotoar eks Pasar Geliting.
Laporan Reporter Magang TRIBUNFLORES.COM, Stevani Thresia
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE – Marlina Nona Leni (44) dan Maria Emilde (50), dua pedagang sayur, berjualan di trotoar eks Pasar Geliting.
Padahal ada lokasi yang disediakan di Pasar Wairkoja. Namun, menerut mereka sepi pembeli. Jika mereka bertahan di Pasar Wairkoja, maka jualan mereka tidak laku bisa saja tidak bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak.
Leni, yang berasal dari Kampung Moro Watu Pedar, tak asing dengan aksi kucing-kucingan dengan Sat Pol PP.
Saat petugas datang melakukan penertiban inspeksi mendadak (sidak), ia dan pedagang lainnya sigap memindahkan dagangan mereka ke tempat tersembunyi.
Baca juga: Perjuangan Karolina, 15 Tahun Hidupi Keluarga dari Jualan Roti dan Nasi Bungkus di Pasar Nita NTT
Begitu petugas pergi, perlahan dagangan kembali terhampar di atas trotoar Jalan. Trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki, kini beralih fungsi menjadi lapak darurat.
"Kami mengerti, hanya jika pagi hari kami datang, kondisi sayur masih segar, namun tidak ada banyak yang datang beli di Wairkoja, pasti pulang kami perut kosong dan tidak dapat apa apa," ungkap Emi saat ditemui TRIBUNFLORES.COM di Ex trotoar Ex Pasar Geliting, Jumat (3/10/2025).
Penjual sayur lainnya, Maria Emilde (50) sejak ditinggal pergi sang suami, Emi kian gigih menopang ekonomi keluarga.
Perempuan yang akrab disapa Emi berasal dari Desa Watukobu.
Ia dan sejumlah pedagang lainnya yang berasal dari Pasar Wairkoja memutuskan pindah ke eks Pasar Geliting karena perputaran keuangan yang nihil di pasar resmi, sementara kewajiban membayar koperasi harian terus menghantui.

Di eks Pasar Geliting, harapannya kembali menyala. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Jalan Lintas Flores Maumere-Larantuka dan menjadi pusat perputaran ekonomi yang lengkap dengan bank, pegadaian, dan toko sembako.
"Kalau belanjanya 200-an, bisa bawa pulang sampai 400 hingga 500-an ribu per hari," ungkap Emi dengan suara sedikit parau. Hasil ini cukup untuk kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-anak mereka.
"Di atas (Pasar Wairkoja) jual itu percuma saja. Kalau mau pembersihan harus menyeluruh, sehingga semua konsumen yang datang beli fokus di sana, kalau kami ini ikut saja,"tambahnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.