Tarian Hegong, Simbol Semangat dan Identitas Budaya Masyarakat Sikka

Laporan Reporter Magang TRIBUNFLORES.COM, Nona Elsy

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Tarian Hegong, salah satu tarian tradisional khas Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mencuri perhatian dalam berbagai ajang budaya daerah. 

Tarian asal Maumere ini dikenal dengan gerakannya yang enerjik dan sarat makna filosofis tentang semangat, perlindungan, kerja sama, serta kesiagaan masyarakat Sikka.

Tarian Hegong biasanya dibawakan secara berkelompok oleh enam hingga sepuluh penari, baik pria maupun wanita, yang mengenakan pakaian adat khas Sikka. 

Dalam setiap pertunjukan, mereka diiringi musik tradisional Gong Waning, alat musik khas yang menjadi pengiring utama tarian ini. 

Baca juga: Bapperida Kabupaten Sikka Raih Penghargaan Nasional dari BRIN

Seorang penari bertindak sebagai pemimpin, mengatur tempo dan ritme agar gerakan seluruh penari tetap selaras dengan irama musik.

Pertunjukan Tari Hegong terbagi menjadi empat babak dengan makna berbeda.

Babak pertama ditandai dengan gerakan cepat dan hentakan kaki atau pledong wa’in, menggambarkan semangat dan keberanian. 

Babak kedua menampilkan formasi lingkaran sebagai simbol perlindungan pria terhadap wanita. Babak ketiga diisi dengan gerakan bebas yang mencerminkan kerja sama dan keharmonisan. 

Sementara pada babak keempat, seorang penari pria diangkat menggunakan sebatang bambu simbol kesiagaan dan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman atau musuh.

Secara historis, Tari Hegong ditampilkan dalam berbagai upacara adat masyarakat Sikka, seperti pernikahan, perayaan kemenangan, hingga upacara kematian bagi orang lanjut usia. 

Tarian ini menjadi wujud rasa syukur, penghormatan kepada leluhur, sekaligus ungkapan kegembiraan atas kehidupan.