Universitas Nusa Cendana Kupang
Undana Jadi Ruang Diskusi Regional Bahas Perempuan, Tambang, dan Kolonialisme
Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang menjadi ruang pertemuan strategis bagi akademisi, aktivis, dan perwakilan komunitas dari enam
Ringkasan Berita:
- Universitas Nusa Cendana Kupang menjadi tuan rumah Dialog Publik bertema “Perempuan, Tambang, dan Ekstraktivisme di Asia Tenggara.
- Para peserta menyuarakan keprihatinan terhadap praktik ekstraksi mineral kritis seperti litium dan nikel yang diklaim sebagai bagian dari transisi energi hijau, namun dinilai memperluas eksploitasi dan ketidakadilan.
- Forum ini diprakarsai oleh TKPT Indonesia dan ReSisters Dialogue Network, bertujuan memperkuat solidaritas lintas negara.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro
POS-KUPANG.COM, KUPANG — Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang menjadi ruang pertemuan strategis bagi akademisi, aktivis, dan perwakilan komunitas dari enam negara di Asia Tenggara dalam Dialog Publik bertema “Perempuan, Tambang, dan Ekstraktivisme di Asia Tenggara”, Sabtu (1/11/2025), di Aula Rektorat Undana.
Dalam forum tersebut, para delegasi menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap praktik ekstraksi mineral kritis yang dinilai sebagai bentuk baru dari kolonialisme hijau.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Tim Kerja Perempuan dan Tambang Indonesia (TKPT Indonesia) dan ReSisters Dialogue Network, serta dihadiri perwakilan dari Aliansi Rakyat untuk Keadilan Iklim (ARUKI), Mama Aleta Fund, dan sejumlah LSM di NTT. Tujuannya ialah memperkuat solidaritas lintas negara dan merumuskan strategi bersama untuk menuntut transisi energi yang adil, berkelanjutan, dan berpihak pada keadilan gender.
Ketua TKPT Indonesia, Dr. Haris Retno Susmiyati, S.H., M.H., dalam sambutannya menjelaskan bahwa TKPT bekerja bersama perempuan korban ketidakadilan industri ekstraktif.
Baca juga: Dua Dokter RSUD Aeramo Bersaksi di Sidang Kasus Kematian Prada Lucky Namo
“Kami bukan lembaga yang kaku dan formal, tetapi bergerak secara cair dan fleksibel, menyesuaikan dengan kebutuhan perempuan di kawasan terdampak. Forum seperti ini penting untuk memperluas solidaritas dan kerja sama lintas sektor dalam memperjuangkan keadilan bagi perempuan dan lingkungan,” ujarnya.
Perwakilan ReSisters Dialogue, Judy Pasimio, juga menyoroti narasi transisi energi hijau yang kerap disalahgunakan.
“Kini, kegiatan ekstraksi seperti tambang litium dan nikel diklaim sebagai bagian dari transisi hijau, padahal sering kali hanya memperluas keuntungan perusahaan besar. Solidaritas lintas negara menjadi kunci untuk memperjuangkan keadilan,” tegasnya.
Acara tersebut secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Undana, Prof. Dr. Ir. Jefri S. Bale, S.T., M.Eng. Ia mengapresiasi kolaborasi lintas lembaga yang menghadirkan isu global ke dalam ruang akademik.
“Di balik narasi transisi energi hijau, ada risiko eksploitasi baru terhadap sumber daya alam yang berdampak langsung pada perempuan. Dialog ini menjadi ruang penting bagi kampus untuk berperan aktif dalam isu keberlanjutan dan keadilan sosial,” ujarnya.
Usai pembukaan, kegiatan berlanjut dengan sesi “Suara dari Kawasan Investasi Energi”, menampilkan testimoni dari perwakilan komunitas dan aktivis dari Indonesia, Thailand, dan Myanmar/Burma. Mereka menegaskan bahwa perempuan sering menjadi pihak paling terdampak dari kerusakan ekologis, sekaligus menjadi garda terdepan dalam menjaga dan memulihkan sumber kehidupan.
Dalam sesi diskusi panel, Norman Riwu Kaho, S.P., M.Sc., dosen Fakultas Pertanian Undana, menyoroti paradoks transisi energi hijau.
“Solusi teknologi global membutuhkan mineral kritis yang justru diekstraksi dengan energi fosil dan memindahkan dampak lingkungan ke komunitas rentan di NTT. Inilah bentuk kolonialisme hijau yang tidak adil,” jelasnya.
Dialog publik tersebut menjadi ruang penting bagi akademisi, perempuan, dan masyarakat sipil untuk menegaskan bahwa keberlanjutan sejati hanya dapat tercapai bila berpihak pada manusia dan lingkungan. Suara yang bergema dari Undana hari itu menjadi bagian dari seruan kolektif Asia Tenggara untuk membangun masa depan yang adil, berkelanjutan, dan bebas dari kolonialisme hijau. (uge)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
| Dua Dokter RSUD Aeramo Bersaksi di Sidang Kasus Kematian Prada Lucky Namo |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Rabu 5 Oktober 2025, Mari Mengikuti Yesus |
|
|---|
| Marak Kasus Penculikan Anak, Dandim Sikka Perintahkan Anggota Patroli Pada Jam Sekolah |
|
|---|
| Bacaan-bacaan Liturgi Rabu 5 November 2025, Pesta Sta dan Elisabeth dan St Zakarias |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/DISKUSI-DI-UNDANA.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.