Berita Nasional
Selama 3 Bulan Pasutri Simpan Jenazah Anak di Rumah, Polisi Sebut Ingin Dihidupkan Kembali
Setelah mendapat laporan, polisi langsung menuju rumah SA bersama dengan perangkat kecamatan, petugas kesehatan, dan tokoh masyarakat sekitar.
Menurut Sugiarto, hal itu terjadi karena jarak antara rumah SA dan rumah tetangga-tetangganya berjauhan. Jarak terdekat antara rumah itu dan rumah tetangganya sekitar 70 meter.
Disembunyikan dari tetangga untuk dihidupkan kembali
Tidak hanya disembunyikan dari para tetangganya, kematian SA juga tidak diinformasikan kepada guru dan kepala sekolah.
Guru dan teman-teman SA di SMP Negeri 3 Moga sempat menengok SA yang menurut orangtuanya sakit. Namun, mereka tak diizinkan untuk masuk ke dalam rumah oleh orangtua SA.
Baca juga: Obyek Wisata Baru di Perbatasan Indonesia - Timor Leste
”Anak itu sudah tidak terlihat beraktivitas di luar rumah sejak beberapa bulan terakhir. Orangtuanya bilang SA sakit, tapi saat akan ditengok oleh tetangga maupun pihak sekolah, (mereka) tidak boleh masuk (ke dalam rumah),” tutur Camat Moga Umroni.
Menurut Umroni, kedua orangtua SA tergolong jarang bersosialisasi dan tertutup. Berdasarkan informasi yang didapatkan Umroni dari warga, orangtua SA menganut keyakinan khusus.
Alasan orangtua SA tidak memakamkan anaknya karena akan menggelar ritual untuk menghidupkan kembali anaknya.
Trauma
Tiga hari setelah setuju untuk memakamkan anaknya, kedua orangtua SA dipulihkan dari trauma.
Pemulihan trauma itu dilakukan oleh Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Jateng dan Polres Pemalang.
”Trauma healing ini termasuk salah satu perhatian yang kami berikan kepada keluarga SA untuk membantu penyembuhan trauma akibat kehilangan orang yang mereka cintai. Harapannya, kegiatan ini dapat membantu keluarga SA untuk kembali hidup normal,” kata Kapolres Pemalang Ajun Komisaris Besar Ari Wibowo.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Suami Istri Ketahuan 3 Bulan Simpan Jenazah Anak di Rumah untuk Dihidupkan Kembali