Berita Internasional

Sasando Asal NTT Memperkaya Koleksi Museum Budaya Dunia di Frankfurt Jerman

Kustodia atau kepala bagian Asia Tenggara di museum, Vanessa von Gliszczynski juga mengungkapkan rasa gembiranya atas hadiah sasando dari KJRI.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUN FLORES.COM/HO-PATER VINCENT
SERAHKAN - Pater Vincent bermain musik Sasando usai menyerahkan kepada Museum Budaya Frankfrut, Jerman, Kamis 14 Januari 2022. 

TRIBUNFLORES.COM, JERMAN - Alat musik Sasando asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah dipajang di museum budaya dunia Frankfurt, Jerman.

Sasando yang dipajang itu tepat hari Kamis, 13 Januari 2022.

Rupanya, hari itu merupakan hari yang penting bagi museum budaya dunia atau Weltkulturen Museum di Frankfurt.
Betapa tidak, koleksi budaya Asia Tenggara di museum yang berdiri sejak tahun 1904 ini dilengkapi lagi dengan alat musik kebanggaan orang Rote dan NTT, Sasando.

Peristiwa ini ditandai dengan penyerahan Sasando oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia, Acep Somantri kepada direktur museum Eva Raabe.

Baca juga: Kabel Bawah Laut Telkom Putus Ganggu Jaringan Internet di Adonara

Hubungan kerjasama Indonesia-Jerman sudah berlangsung 70 tahun dan hadiah Sasando kepada museum menjadi simbol eratnya relasi kedua negara.

Lebih lanjut dalam sambutannya, Acep Somantri menegaskan kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia yang harus selalu diperkenalkan kepada dunia.

“Masih banyak aset budaya kita yang belum sepenuhnya dikenal, contohnya Sasando. Untuk itu, bersama dengan kepala bidang penerangan sosial budaya, ibu Risa Kostradiyanto, kami berinisiatif menyerahkan Sasando kepada museum, agar dikenal publik Jerman,”ungkap Acep Somantri dalam siaran pers yang diterima TRIBUNFLORES.COM Selasa 18 Januari 2022 dari Jerman.

Acara petang hari itu dimeriahkan dengan permainan Sasando oleh pastor SVD Vinsensius Adi G. Meka yang bertugas sebagai dosen di Köln, Jerman.

Setelah menjelaskan asal, falsafah, struktur dan cara bermain Sasando, Pater Vinsensius membawakan lagu Ofa Langga, Indonesia Pusaka, Sipatokaan dan lagu Bahasa Jerman Marmor Stein.

Baca juga: Pesona Bukit Wodowata dan Pantai Mauwelu di Nagekeo, Mirip Pulau Padar di Labuan Bajo

Para staf KJRI turut bernyanyi bersama dan lagu berbahasa Jerman juga diikuti para pegawai museum. Seluruh rangkaian acara berlangsung selama hampir dua jam, dilanjutkan dengan minum kopi dan santap kue asli Indonesia yang disiapkan oleh KJRI Frankfurt.

Di Weltkulturen Museum Frankfurt sebenarnya sudah ada miniatur Sasando, sebuah Sasando kecil pajangan. Namun kedatangan Sasando besar kali ini memang merupakan berkah bagi museum, seperti kata direktur Eva.

Kustodia atau kepala bagian Asia Tenggara di museum, Vanessa von Gliszczynski juga mengungkapkan rasa gembiranya atas hadiah Sasando dari KJRI.

“Saya pernah dihadiahkan Sasando saat berada di Indonesia, tetapi sangat sulit untuk membawanya ke Jerman saat itu. Maka saya hanya membawa Sasando pajangan saja,’’ungkapnya menggunakan bahasa Indonesia yang lancar.

Ia adalah etnomusikolog dengan bidang riset musik dangdut Indonesia.

Lanjut Vanessa, museum Frankfurt ingin lebih memperkaya koleksi musik tradisional dari Asia Tenggara dengan mendatangkan lebih banyak lagi alat musik dari sana.

Baca juga: Pantai Cepi Watu Borong, Tempat Wisata Favorit Warga Lokal di Manggarai Timur

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved