Berita Lembata
Anak Usia 7 Tahun di Lembata Jadi Korban Aksi Tak Senonoh, Hendak Diselesaikan dengan Uang 15 Juta
Neneknya melihat perbedaan drastis dari sikap cucunya itu. Ketika ditanya, F tak mau bicara. Dia bungkam seribu bahasa.
Dari tanah rantau, SA kemudian mendapat kabar kalau keluarga pelaku juga mau membayar uang sebesar Rp 15 juta agar keluarga korban mencabut laporan polisi.
Kabar ini semakin membuat dirinya terpukul. Bahkan, sempat ada tawar menawar dari keluarga pelaku soal nominal uang yang mau ditebus.
“Saya sedih sekali, anak saya sudah dilecehkan, tidak ada harga diri lagi. Kok ditawar-tawar lagi seperti ini,” ucapnya, sedih.
SA berniat kembali ke Lembata dan mendampingi langsung anaknya. Dia juga berharap proses hukum kepada pelaku tetap berjalan.
Sementara itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perlindungan Perempuan dan Anak Lembata (PERMATA) Maria Loka yang dipercaya keluarga untuk mendampingi korban, menyebutkan kasus pelecehan anak tersebut sebagai sebuah tragedi kemanusiaan.
Menurutnya, kasus pelecehan anak dan perempuan seperti fenomena gunung es di Lembata. Bahkan, banyak kasus yang melibatkan pelaku anak di bawah umur.
Sebagaimana yang terjadi di desa Hoelea, Kecamatan Omesuri, anak perempuan dalam kondisi yang sangat tidak berdaya. Sudah jadi korban, dia bahkan jadi bahan tertawaan di sekolah.
"Kabupaten Lembata sebenarnya sudah darurat kekerasan anak dan perempuan. Kasus ini seperti menampar muka kita para orangtua," katanya, Minggu, 6 Februari 2022.
Maria Loka sendiri sudah berkomunikasi langsung dengan orangtua korban di Malaysia perihal masalah pelecehan ini. Untuk sekarang korban tidak lagi pergi ke sekolah untuk menghindari perundungan yang terjadi di sana.
Selain itu, katanya, semua bentuk transaksi yang dilakukan keluarga pelaku untuk mencabut laporan polisi tentu tidak sah dan tidak dibenarkan.