Liputan Khusus Tribun FLores
Mengenal Kampung Garam, Warisan Leluhur di Flores NTT
Mereka bertahan hidup dengan menjual garam halus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Piter pun berujar bahwa proses pembuatan garam tradisional juga sangat bergantung pada cuaca. Karena pada saat musim hujan masyarakat susah mendapatkan kayu api.
Butiran- butiran garam itu akan dimasukan pada wadah yang bernama Taping untuk dikeringkan.
Proses pengeringan ini memakan waktu satu malam.
Garam yang sudah dikeringkan akan di bungkus lalu di jual ke pasar tradisional yang ada di Kabupaten Sikka.
Baca juga: BREAKING NEWS : IRT di Manggarai Timur Habisi Nyawanya Sendiri, Polisi Ungkap Kronologinya
Produksi garam dari masyarakat Kampung Garam juga banyak diminta oleh pembeli khususnya para petani dan peternak.
Selain untuk dikonsumsi oleh manusia, para petani juga menggunakan garam ini untuk dicampurkan pada air minum hewan ternak mereka. Tutur seorang pedagang di Pasar Alok, Kabupaten Sikka. (Rl/gg).