Hari Perempuan Internasional
Aktivis Perempuan Flores Timur Ajak Perempuan Harus Melawan Ketidakadilan
Meski mendapat intimidasi, ia mengaku tidak gentar dan terus memperjuangkan hak perempuan hingga ke proses hukum.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Amar Ola Keda
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Tanggal 8 Maret dirayakan sebagai Hari Perempuan Internasional.
Tema Hari Perempuan Internasional tahun 2022 berkaitan dengan kesetaraan gender dalam konteks krisis iklim dan pengurangan resiko bencana.
Sosok perempuan yang berprestasi dan bisa menyeimbangkan antara keluarga dan karir menjadi sangat langka ditemukan. Perempuan seringkali takut untuk berkarir karena tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga.
Baca juga: Strategi Iptu Rufina Rambu Elo untuk Tugas dan Urus Rumah Tangga
Menyongsong Hari Perempuan Internasional, aktivis kemanusiaan di Kabupaten Flores Timur (Flotim), Noben Dasilva pun angkat bicara.
Ketua Buruh Migran Indonesia Cabang Flotim ini mengaku sering mengalami intimidasi saat ia mengadvokasi sebuah persoalan yang melibatkan perempuan sebagai korban.
Intimidasi itu, kata dia, biasanya dilakukan keluarga pelaku yang merasa terganggu soal kehadirannya sebagai pemerhati kaum perempuan.
Meski mendapat intimidasi, ia mengaku tidak gentar dan terus memperjuangkan hak perempuan hingga ke proses hukum.
"Saat saya advokasi kasus kekerasan terhadap perempuan, intimidasi itu masih saja terjadi. Contohnya, pelaku membela diri. Dan dampaknya, keluarganya akan melakukan intimidasi baik secara langsung maupun lewat media sosial. Tetapi saya tetap maju dan ketika hukum berpihak ke korban, maka akan muncul keadilan. Apa yang saya perjuangkan adalah benar adanya," ujarnya kepada wartawan, Senin 7 Maret 2022.
"Kriminalisasi sering saya terima, mulai APH maupun keluarga pelaku, tapi ketika kebenaran itu diungkap dan korban mendapatkan keadilan, ada kepuasan tersendiri," sambungnya.
Sebagai aktivis kemanusiaan, ia mengaku selalu menghabiskan waktunya di luar rumah, apalagi Flores Timur sebagai wilayah kepulauan.
Sibuk melakukan advokasi ke masyarakat hingga ke lembaga pendidikan, namun ia selalu berbagi waktunya untuk keluarga.
Baca juga: Osy Gandut Akui Masih Ada Diskriminasi Terhadap Perempuan di Lingkungan Pekerjaan
"Anak-anak saya semua sudah mandiri dan mereka selaku mendukung kerja saya. Ketika ada informasi soal kekerasan terhadap perempuan, kadang mereka ikut saya turun melakukan advokasi. Tapi saya selalu berusaha ada waktu untuk anak anak, karena bagaimanapun, saya juga berperan sebagai ibu rumah tangga," katanya.
Ia berharap, perempuan saat ini harus berani berbicara melawan ketidakadilan, apalagi sebagai korban.
"Jangan takut untuk bicara. Harus berani bicara demi kebenaran. Jika diam, maka itu bentuk pengkhianatan terhadap kodrat perempuan," tandasnya. (*)