Berita Maumere

Warga Sikka Ini Garap Lahan di Lereng Bukit Jadi Kebun Tomat

Dari kejauhan nampak hamparan tanaman tomat, mengelilingi bukit tepatnya di kebun milik Ros Giro, warga asal Kampung Feondari, Desa Wolo Desa.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / NOFRI FUKA
PANEN - Ros Giri bersama warga lainnya sedang memanen tomat di kebun miliknya, Desa Wolodesa, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka, Minggu, 20 Maret 2022, kemarin. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Nofri Fuka

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Ros Giri dan suaminya sudah lima tahun terakhir ini menekuni budidaya tomat.

Dari hasil yang mereka peroleh, buah tomat laris di pasaran.

Kebun mereka berada di lerang bukit di Desa Wolodesa, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka.

Dari kejauhan nampak hamparan tanaman tomat, mengelilingi bukit tepatnya di kebun milik Ros Giro, warga asal Kampung Feondari, Desa Wolo Desa.

Baca juga: BREAKING NEWS: Oknum Polisi Beristri & Beranak 3 di Ngada Diduga Hamili Istri Orang

 

Bersama dengan beberapa warga lainnya, Ros Giri mengisi kantong-kantong dengan buah tomat yang baru selesai dipetik dari pohonnya.

Kata Ros, ini merupakan ke 5 kalinya ia memanen buah tomat di tempat yang sama.

"Ini yang ke 5 kali sudah, kita panen Tomat, pak bisa lihat sendiri tomat yang dipanen ini," ungkapnya kepada TribunFlores.com, Minggu 20 Maret 2022.

Ia menceritakan, kebun miliknya sudah ia buka sejak 5 tahun lalu, bersama dengan suaminya dan menggunakan alat seadanya.

"Material yang digunakan hanyalah, beberapa pipa plastik dan juga mengandalkan mata air yang berada di sekitar lereng bukit itu. Kami sudah sekitar 5 tahun buka kebun ini dengan alat seadanya dan modal seadanya dari saku pribadi," ujar Ros.

Baca juga: Ikut Popda V di Kota Kupang, Sikka Kirim 6 Cabang Olahraga

Hal penting yang menurut Ros menjadi alasan keberhasilan ia dan suaminya mengolah kebun tomat itu adalah konsistensi dan kerja keras serta kemampuan melihat peluang serta pandai dalam pemupukan tanaman.

"Sebab, jika dilihat memang merupakan sebuah keberanian yang berresiko jika membuka kebun dengan alat seadanya, bisa terancam gagal panen,"tuturnya.

Ros yang memiliki suami seorang lulusan pertanian yang tak ingin disebutkan namanya menyebutkan, kebun ini dibuka atas inisiatif pribadi, awalnya suaminya belajar secara mandiri, terkhusus mempelajari teknik pertanian irigasi tetes, dan dengan kreatif, suaminya mampu menyulap mata air menjadi sumber hidup bagi tanaman tomatnya dengan menggunakan teknik pertanian irigasi tetes.

Baca juga: Anggota KMK St.Thomas Aquinas Lakukan Penyuluhan Kesehatan Bagi Pelajar di Lelogama

"Kami belajar secara mandiri dan hasilnya nampak seperti sekarang," ungkap Ros.

Untuk sistem pendistribusian atau penjualan pihaknya sudah memiliki langganan di pasar Alok, untuk keuntungan tiap kali panen, Ros tak menyebutkan secara rinci namun mampu menghidupi ekonomi keluarganya.

"Untuk keuntungan tiap kali panen, cukuplah untuk penuhi kebutuhan hidup keluarga," pungkasnya. (Cr1).

Berita Maumere Lainnya

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved