Berita NTT

Pulau Timor Miliki Tekstur Tanah Tak Tahan Air Berakibat Ketidakstabilan

Rata-rata di Pulau Timor memiliki 45 persen tekstur tanah lempung. Akibatnya terjadi ketidakstabilan pada daerah sekitar.

Editor: Egy Moa
TRIBUN FLORES.COM/IRFAN HOI
Dosen Geologi Universtias Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Herry Kotta 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Irfan Hoi

TRIBUNFLORES.COM,KUPANG-Rata-rata di Pulau Timor memiliki 45 persen tekstur tanah lempung mengakibatkan ketidakstabilan pada daerah sekitar.

Lempung merupakan tanah liat atau lempung adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 5 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. 

Dosen Geologi Universtias Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Herry Kotta, Rabu 8 Juni 2022, menjelaskan, adanya lempung ini memang ada daerah yang mengalami amblas. Retakan dan tidak ratanya Jalan Timor Raya di Oebelo Kabupaten Kupang, Jalan W.J Lalamentik di Kota Kupang  merupakan contoh yang timbul akibat dari keberadaan lempung tanah itu. 

Ia menyebut, pada titik itu terkandung lempung montmorillonite. Montmorillonite adalah kelompok phyllosilicate sangat lembut mineral yang terbentuk ketika mereka mengendap dari larutan air sebagai kristal mikroskopis , yang dikenal sebagai tanah liat.

Baca juga: Waspada! Angin Kencang dan Hujan Lebat Guyur Pulau Flores 

Keberadaan lempung montmorillonite, apabila terkena air ikatan molekulnya renggan karena terisi oleh H2O. Sebaliknya, ketika dia kering maka akan sangat keras. Pada daerah dengan banyak lempung, memang dahulunya dipasang geomembran, sehingga, daerah itu perlu dihindari dari aliran air. 

Untuk itu, ketika ruas jalan pada beberapa titik itu terjadi amblas, maka perlu diarur drainase, bahkan melakukan rabat. Juga, sesegera mungkin menambal retakan atau rongga yang ada di jalan untuk menghindari adanya air yang masuk. 

"Kalau air masuk dan dia sudah mulai basah, dia tidak mampu menahan dirinya. Dan tidak bisa menahan beban dari atas," katanya.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) NTT  menerangkan, lempung Montmorillonite akan mengembang bila terkena air dan mengkerut bila tidak ada air lagi atau pada saat musim kemarau. Dampak lainnya seperti adanya retakan pada bangunan yang berdiri di daerah lempung.

Baca juga: Badan Siber dan Sandi Negara Hadirkan NTTPROV-CSIRT

Olehnya, dia meminta pemerintah atau pihak terkait agar bisa memperhatikan kondisi jalan yang agar segera diperbaiki bila sudah ditemukan retakan. Begitu juga dengan ketika mendirikan bangunan diatas daerah lempung untuk selalu waspada. Sebab, ketidakstabilan itu merupakan ciri dari lempung itu sendiri.

Kepala Bidang Geologi, Air Tanah, Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) NTT, J.D. Dahoklory, Rabu 8 Juni 2022, mencontohkan, kejadian permukaan tanah tidak stabil itu terjadi di jalan Timor Raya, di Oebelo Kabupaten Kupang. 

"Itu lempung semua, tebal. Dia akan terus begitu karena itu semua lempung itu," katanya. 

Ia menyebut, kondisi akan normal kembali ketika pergerakan lempung itu mulai stabil. Sehingga, meski di atur sedemikian rupa, bila adanya lempung yang banyak didaerah sekitar maka potensi permukaan tanah untuk menurun akan terus terjadi.

Baca juga: Kakanwil Kemenkumham NTT Minta Buka Pos Bantuan Hukum di Rutan Maumere

Tanah yang tidak stabil itu, ketika musim hujan akan mengembang dan menurun. Karena ini merupakan fenomena alam, sehingga kondisi stabil kembali akan cukup lama. 

Dengan ketebalan lempung yang ada, maka resapan air juga akan berkurang. Ini seperti terjadi di kawasan Besipae, Timor Tengah Selatan. Hampir semua kawasan tidak ada potensi air. Ini juga terjadi di hampir semua wilayah di pulau Timor yang kekurangan sumber mata air. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved