Berita Flores Timur
Mengenal Ritual Adat Penjemputan Tamu di Desa Waibao, Tanjung Bunga Flores Timur
Penerimaan secara adat ini, hanya bisa dilakukan oleh salah satu suku di desa tersebut yakni Suku Maran. Nama ritual itu Kehirin.
Keempat suku tersebut memiliki fungsi masing-masing. Khusus Suku Maran, dalam sebuah tatanan ia bertugas sebagai pendoa atau pembaca mantera dan arti dari Maran itu sendiri adalah Pendoa (terjemahan bahasa Indonesia).
Kanis Maran menegaskan, sukunya adalah suku pendoa.
"Kami kalau dalam sebuah kegiatan atau dalam kerajaan fungsi kami adalah membacakan mantera atau pendoa.
Tugas yang mereka emban itulah yang membuat mereka disebut sebagai maran atau pendoa. Julukan kemudian melekat erat pada tiap keturunan hingga kini mereka dikenal sebagai suku atau turunan petugas doa atau pendoa.
Sedangkan untuk asal usul Suku Maran sendiri, Kanis menjelaskan mereka berasal dari Sina (Cina) yang berdomisili di Malaka (selat Malaka).
"Kami berasal dari Cina yang ada di Malaka kemudian datang ke sini dan bahkan menyebar sampai di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur," ungkapnya.
Rumah Adat Suku Maran
Rumah adat berbentuk seperti rumah. Namun, ada sedikit perbedaan, yakni tak berdinding dan memiliki panggung di dalam rumah adat tersebut.

Bahan dasar pembuatan rumah adat yakni, Alang-alang, Kayu, tali, bambu dan beberapa bahan lainnya.
Kanis menjelaskan, rumah adat tersebut tak diberi dinding karena disesuaikan dengan warisan budaya hingga kini.
Rumah tersebut dibuat dengan bahan dasar dari alam juga dimaksudkan agar nilai budayanya tetap terjaga.
Saat ini, anggota Suku Maran umunya berdiam di Kecamatan Tanjung Bunga terkhusus Desa Waibao. Sebagiannya, berdomisili di daerah luar.
Danau Asmara
Sementara itu, Kabupaten Flores Timur memiliki beberapa tempat wisata yang sangat menarik.
Selain wisata religi b
