Berita Sikka

Maria Bertahan Hidup dari Asam di Sikka

Bertahan Hidup, Warga di Sikka Cari Asam untuk Dijual. Perlahan namun pasti, asam yang tercecer itu ditempatkan pada ember berukuran besar.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / PAULUS KEBELEN
PANEN ASAM - Maria Eta bersama anak dan cucunya panen asam di Sikka, Selasa 5 Juli 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Tian Kedoh

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Salah satu mata pencaharian tambahan warga Desa Watu Gong, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka yaitu menjual asam.

Menjual asam sudah menjadi rutinitas warga setempat selain mengandalkan hasil perkebunan lainnya, termasuk mengiris moke atau minuman tradisional khas orang Flores, Nusa Tenggara Timur.

Seperti yang dilakukan mama Maria Eta bersama anaknya, Nona.

Mereka dibantu dua orang bocah yang tak lain adalah cucu dari Maria Eta.

Baca juga: Tidak Nyaman di Tanah Rantau, Pemuda NTT Pulang Kampung Jual Sirih Pinang di Kupang

 

Mereka tampak kompak memanen asam dari dahan pohon.

Perlahan namun pasti, asam yang tercecer itu ditempatkan pada ember berukuran besar.

Maria Eta mengaku harga asam terus turun dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya mencapai Rp 8.000/kilo gram, kini turun menjadi Rp 5.000/kilo gram.

Meski harga turun drastis, ia tetap sabar dan hanya bisa berdamai dengan kenyataan.

Selain mengandalkan asam, wanita lansia itu juga kerap memanfaatkan tanaman singkong untuk dijual ke Pasar Alok, sebuah pusat transaksi ekonomi terbesar di Nian Tana Sikka.

Baca juga: 40 Persen Upah Petugas Kebersihan Dipangkas Dinas Lingkungan Hidup Sikka

Budidaya Tembakau

Sementara itu, Lukas Liko (52) mengembangkan budidaya tanaman Tembakau pada sebidang lahan milik Litbang Pertanian di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka.

Sebidang lahan dengan ukuran kurang lebih seper empat hektar itu tumbuh subur ratusan tanaman tembakau yang siap panen, Selasa 5 Juli 2022.

PETANI TEMBAKAU-Lukas Liku menanam tanaman tembakau pada lahan milik Litbang Pertanian di Sikka, Selasa 05 Juli 2022.
PETANI TEMBAKAU-Lukas Liku menanam tanaman tembakau pada lahan milik Litbang Pertanian di Sikka, Selasa 05 Juli 2022. (TRIBUNFLORES.COM/PAULUS KEBELEN)

Kepada TRIBUNFLORES.COM, Lukas berujar usaha budidaya tembakau sudah berjalan selama dua tahun menggunakan bibit miliknya sendiri.

"Lahan ini milik Litbang Pertanian yang saya kontrak dengan bayaran per tahun. Saat ini sudah dua tahun berjalan," ujarnya.

Lukas merupakan warga Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat. Ia bersyukur karena hasil menanam tembakau mampu menambah pundi-pundi pendapatan rumah tangga.

Pekerjaan pokoknya adalah seorang buruh pelabuhan. Lantaran terhimpit masalah ekonomi yang serba sulit, ia memutuskan mencari sumber pendapatan alternatif dengan menggarap sebidang lahan tidur milik Litbang Pertanian.

"Ini pekerjaan sampingan tapi hasilnya bagus. Anak saya ada dua orang dan mereka sudah bekerja," katanya.

Ia mengatakan, budidaya tanaman tembakau dari menanam hingga panen memakan waktu tiga bulan.

Harga pasaran yang cukup menjanjikan yaitu Rp 100.000 sampai Rp 150.000/lempeng, membuat kantong pria kelahiran 31 Desember 1968 itu kian menebal.

"Satu kali panen bisa delapan sampai sepuluh lempeng, bisa satu juta. Keunggulannya karena bisa panen berkali-kali," jelasnya.

Budidaya tembakau, kata dia, tidak sulit seperti kebanyakan tanaman. Pasok air lebih sedikit dan pekerjaan esktra hanya saat awal menanam karena harus mengontrol himpitan rumput.

"Kalau sudah tinggi seperti ini sudah aman, rumput tinggi juga tidak mengganggu pertumbuhannya lagi," jelasnya sambil menunjuk ke arah tanamannya.

Untuk akses pemasaran, Lukas biasanya menyambangi seluruh pasar yang ada di Kota Maumere. Permintaan yang melampaui penawaran membuat omset pendapatannya semakin menjanjikan.

"Petani tembakau kurang makanya pas masuk jual langsung habis," tutur Lukas.

BERITA SIKKA LAINNYA:

Cium Tangan Uskup Agats Asmat

Sementara itu, Uskup Agats Asmat, Mgr. Aloysius Murwito O.F.M berkesempatan mengunjungi umat Katolik di wilayah Keuskupan Maumere tepatnya di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Koting.

Kunjungan ini dilakukan dalam rangka menghadiri perayaan misa 50 tahun hidup membiara Bruder Felix Kabupung O.F.M biarawan asal Paroki Fransiskus Xaverius Koting.

Misa diadakan di Gereja St. Fransiskus Xaverius Koting, di Desa Koting, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka. Dihadiri oleh ribuan umat Katolik dari Koting maupun wilayah luar Koting.

Kehadiran Uskup Aloysius Murwito ternyata mendapatkan sambutan hangat dari umat Katolik yang mengikuti perayaan tersebut.

BERSALAMAN - Uskup Agats Asmat, Aloysius Murwito O.F.M bersalaman dengan umat Katolik di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Koting, Desa Koting, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, Rabu 6 Juli 2022.
BERSALAMAN - Uskup Agats Asmat, Aloysius Murwito O.F.M bersalaman dengan umat Katolik di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Koting, Desa Koting, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, Rabu 6 Juli 2022. (TRIBUNFLORES.COM / NOFRI FUKA)

Pantauan TribunFlores.com, Rabu 6 Juli 2022, umat Katolik di Koting tak menyia-menyiakan kesempatan untuk menyapa lebih dekat Uskup Aloysius Murwito.

Usai misa, tampak banyak umat berdesakan hingga berebutan memegang dan mencium tangan Uskup Aloysius Murwito.

Baik itu dari anak-anak hingga orang dewasa, perempuan maupun laki-laki, rohaniwan maupun kaum awam, bergiliran bersalaman dan berpose bersama sang gembala Keuskupan Agats Asmat itu.

Momen ini juga sempat disinggung dalam penyampaiannya Pastor Paroki Santo Frasiskus Xaverius Koting, Romo Rudi.

Ia mengaku, umat katolik di Koting sangat senang dikunjungi Uskup Aloysius Murwito O.F.M.

"Ini sebuah penghormatan untuk kami umat di Paroki Koting. Kami sangat senang mendapat kunjungan yang begitu istimewa ini. Sehingga tidak heran jika banyak yang berebutan ingin bersalaman dan foto dengan bapak uskup," ungkapnya.

Ia meyakini bahwa kunjungan ini bukan hanya sekedar kunjungan biasa namun menjadi sebuah momen atau kesempatan bagi umat Koting untuk berbenah terutama dalam hidup menggereja maupun juga terlibat dalam mendukung panggilan hidup membiara untuk anak muda di Koting.

"Tentunya bahwa kami mendapat dukungan istimewa dari bapak uskup. Semoga kedepannya panggilan menjadi biarawan semakin subur di Paroki Koting," ungkapnya.

Sementara itu, Uskup Aloysius Murwito menyampaikan, ia merasa senang berkunjung ke Keuskupan Maumere khususnya ke Paroki St. Fransiskus Xaverius Koting.

"Ini merupakan pengalaman pertama ke Paroki, Koting. Namun, saya senang sekali sambutan umat katolik di sini sangat luar biasa. Mereka terlihat sangat antusias," tuturnya.

Sang uskup juga mengaku kagum dengan toleransi beragama yang di pupuk di wilayah Flores, khususnya Kabupaten Sikka.

Pada kesempatan lain, umat katolik lainnya, Maria, mengaku senang dapat bersalaman dan berfoto dengan Uskup Aloysius Murwito.

"Ini pengalaman yang langka. Pokoknya saya senang sekali dapat kesempatan foto dengan bapak uskup," ungkapnya.

Menurutnya, Uskup Aloysius Murwito adalah sosok yang sangat ramah, rendah hati dan sederhana.

"Uskup ini sangat ramah. Ia begitu terbuka menerima umat yang mau bersalaman. Bahkan, ia datang menyapa kami. Itu hal yang luar biasa sebenarnya, seorang pemimpin gereja dekat dengan umat gembalaanya," ujarnya. (*)

Berita Sikka lainnya

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved