Orasi Pelajar Flores HUT ke 77 RI
"Ini yang Harus Dipanggil ke Istana" Singgung Nama Farel Warga Net Komentari Orasi Pelajar di Flores
Realino berorasi usai upacara Bendera memperingati HUT ke 77 RI, yang mana untuk Kecamatan Mauponggo dipusatkan di Lapangan Wolosambi, Nagekeo, Flores
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Laus Markus Goti
"Terus ada lomba makan kerupuk. Enaknya koruptor keyang berlomba - lomba makan uang negara, kita rakyat hanya dapat lomba makan kerupuk' ungkapnya.
Realino menyinggung, dulu para pahlawan melawan penjajah merebut kemerdekaan, namun sekarang lomba yang diadakan unntuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI aneh -aneh.
"Ada lomba lari karung, yang macam pocong lompat dari kuburan. Tidak bisa lompat akhirnya ngesot pakai karung," ungkapnya.
Dia kemudian menyentil soal sepak bola. Katanya, sepak bola antar desa maupun yang ditayangkan di televisi ada yang diwarnai aksi tawuran dan saling hujat antar suporter.
Baca juga: Detik-detik Dua Wartawan Cilik Wawacarai Presiden Jokowi dan Ibu Iriana
"Wow itu ramainya luar biasa, karena selain bola yang disepak, orang juga disepak, pemain baku tendang, baku tinju, suporter saling hujat wasit dikejar. Akhirnya rame macam orang kesurupan massal, kapan sepak bola kita mau maju," ungkapnya.
"Lebih baik kita buat lomba lari sambil gendong istri," imbuhnya, disambut gelak tawa warga yang menonton. Ada pula warga yang berkomentar 'mati ee sinis semua ni'.
Dia melanjutkan, "latih memang supaya tidak ada KDRT, kalau masih ada KDRT tahun depan kita bikin lomba istri tempeleng suami atau istri perintah suami cuci piring."
"Wehhhh keren" keren, teriak warga yang menonton.
Tidak berhenti di situ, dari soal suami dan istri, dia menyentil om - om yang suka 'main mata'. "Stop sudah ada om - om yang berlomba - lomba main mata dengan orang punya anak nona,". katanya.
"Dan stop sudah ada bapa - bapa yang berlomba - lomba main kartu. Woe om -om, bapa - bapa ingat umur tu. Mati e kena singgung semua ni," ujarnya, membuat warga kian antusias.
Baca juga: Sensasi Seruput Kopi Di Kampung Adat Wologai dan Hutan Pinus Kabupaten Kebesani
Sejenak kemudian, remaja ini mengatakan apa yang dia sampaikan itu hanya sekedar untuk melucu. Menurutnya, dunia ini memang banyak panggung sandiwara.
"Apa yang saya sampaikan ini banyak fiktif belaka karena di belakang kata - kata saya, ada udang di balik batu," ungkapnya.
Dunia sekarang, katanya, banyak yang suka 'melempar batu' tetapi pintar 'sembunyi tangan' sehingga ada yang mudah bebas dari jeratan hukum, meski faktanya bersalah sampai publik pun murka dan muak.