Berita Lembata
Usia 23 Tahun Otonomi Lembata, Thomas Ata Ladjar Luncurkan Buku Monumental Lembata
Thomas Ata Ladjar akan meluncurkan buku bertepatan perayaan HUT ke-23 Otonomi Kabupaten Lembata tanggal 12 OKtober 2022.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, RICKO WAWO
TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Buku 'Lembata dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya' akan menjadi karya monumental Thomas Ata Ladjar. Buku setebal 552 halaman itu akan diluncurkan pada 12 Oktober 2022, bertepatan dengan peringatan 23 tahun otonomi daerah Kabupaten Lembata.
Penulis asal Waiwejak, Kabupaten Lembata itu konsisten menggali bukti bukti sejarah dalam buku ini sekaligus merupakan persembahan terindah Thomas Ata Ladjar kepada Lewotana Lembata.
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yosep Yapi Taum mengatakan buku yang digarap Thomas Ata Ladjar selama 30 tahun itu adalah penanda masyarakat Lembata memasuki fase historis dari sebelumnya fase cerita lisan.
"Saya harap buku ini jadi ofisial histori Kabupaten Lembata karena selama ini yang kita jumpai hanya sejarah lisan yang berbeda beda," ungkap Yosep Yapi Taum saat ditemui di Hotel Palm Lewoleba, Senin, 10 Oktober 2022.
Baca juga: KPU Lembata Masuki Rumah Warga Verifikasi Faktual Anggota Parpol
Menjadikan buku 'Lembata dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya' merupakan hal yang penting untuk menjawab pertanyaan eksistensial; apakah Lembata punya sejarah? Yosep memberi catatan penting perihal buku bersampul biru tersebut yakni semua rakyat Lembata berjuang dengan sejarahnya masing-masing dengan luka sejarah yang panjang.
Luka sejarah itu, kata dia, terjadi saat rakyat Lembata dibagi ke dalam dua swapraja; yang satu tunduk pada swapraja Larantuka dan satunya tunduk pada swapraja Adonara. Pembagian itu juga akrab disebut dengan kelompok Paji dan Demong.
Dalam pergulatannya kemudian, seluruh masyarakat sepakat kalau pembagian wilayah itu sangat tidak berguna dan justru menguntungkan penjajah kolonial.
"Menerbitkan buku saja tidak cukup, kita pikirkan bagian-bagian penting dalam buku ini diajarkan dalam sekolah formal," ujar Yosep yang juga mendorong diadakannya monumen sejarah yang bisa jadi edukasi bagi generasi muda Lembata.
Baca juga: Hambatan Keuangan PT HIkam, BBM Subsidi Tidak Terangkut ke Lembata
Yosep Yapi Taum dan tim panitia launching buku dari diaspora Jakarta sudah menyiapkan tim yang akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjadikan bagian-bagian penting dalam buku tersebut bahan ajar muatan lokal di sekolah-sekolah.
Anggota DPR RI Sulaeman Hamzah, mengatakan, setelah pisah dari Flores Timur rasanya ada spirit yang hilang dari kehidupan masyarakat Lembata. Bagi dia, ada roh yang makin hari makin hilang.
"Ini buku yang tidak hadir tiba tiba. Dia melawati pergumulan yang panjang dengan penelitian yang mendalam. Sehingga sesuatu yang hilang itu bisa dimunculkan lagi," ungkap Sulaeman.
"Semoga karya ini bisa diterima dan dibaca semua pihak. Ini hadiah kami bagi Lewotana," tandasnya.
Baca juga: 11 Parpol di Lembata Catut Nama 28 Nama PNS dalam Sipol
Thomas Ata Ladjar mulai meneliti sejarah Lembata sejak tahun 1990 kala dia memimpin majalah Suara Lembata di Jakarta. Selain mengumpulkan dokumen-dokumen sejarah dan peta kuno, penulis buku Sejarah Jakarta ini juga mewawancarai ratusan narasumber termasuk tokoh-tokoh penting di balik berdirinya Lembata sebagai kabupaten otonom.
Dia menyebut setidaknya 10 tonggak sejarah Lembata. Beberapa di antaranya seperti peradaban purbakala berusia 1000-4000 tahun, kemudian sejarah migrasi dan asal usul suku-suku di Lembata, juga ada bab tentang sejarah kebencanaan di Lembata, sejarah masuknya 2 agama wahyu di Lembata, sejarah masuknya pendidikan di Lembata yang punya andil membentuk peradaban baru, sejarah zaman kolonial, sejarah kebudayaan dan sejarah nama Lembata.