Berita Lembata

Kecamatan Nubatukan Tertinggi Balita Stunting di Lembata

Data Dinas Kesehatan Lembata menyebutkan Kecamatan Nubatukan menyumbang angka stunting tertinggi sebanyak 444 balita dari total 1.946 balita.

Editor: Egy Moa
TRIBUN FLORES.COM/RICKO WAWO
Kepala Dinas Kesehatan Gabriel Bala Warat menandatangani komitmen penurunan angka stunting dalam kegiatan Rembuk Stunting di Aula Kantor Bupati Lembata, Sabtu, 29 Oktober 2022.  

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM,RICKO WAWO

TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Kecamatan Nubatukan di Kabupaten Lembata tercatat memiliki jumlah anak balita stunting terbanyak.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata pada Februari 2022, anak balita stunting di Kecamatan Nubatukan sebanyak 444 (prevelensi stunting 22,8 persen) dari total 1946 balita yang ditimbang. 

Sedangkan di kecamatan lainnya, Nagawutung sebanyak 222, Omesuri  395, Wulandoni sebanyak 130, Atadei sebanyak 123, Hadakewa sebanyak 191, Ile Ape sebanyak 138, Ile Ape Timur 25 dan Buyasuri sebanyak 136. Total jumlah anak balita stunting di Kabupaten Lembata sebanyak 1804 (prevelensi stunting 22,2 persen) dari total 8130 balita yang ditimbang. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Gabriel Bala Warat, melihat telah ada tren penurunan kasus stunting di Kabupaten Lembata satu persen setiap bulan.  Berdasarkan pengukuran manual, angka prevelensi stunting cenderung turun hingga menyentuh angka 15,9 persen. Jadi, dia harap, pada pengukuran di bulan Februari 2023, angka stunting di Lembata bisa menurun hingga 10 persen.

Baca juga: Kejari Lembata Tepati JanjiTetapkan Tersangka Korupsi Kapal Pinisi Aku Lembata

Bahkan, enam desa di empat kecamatan yang masuk kategori zero stunting setelah dilakukan intervensi terintegrasi.

Keenam desa itu yakni Desa Waimatan, Baolwliduli, dan Lamagute di Kecamatan Ile Ape Timur, Desa Palilolong di Kecamatan Ile Ape, Desa Lolong, Kecamatan Nagawutun, dan Desa Doripewut, Kecamatan Atadei.

Gabriel mengharapkan kepada desa-desa yang sudah zero stunting supaya tetap dipertahankan agar tak ada lagi penambahan kasus dan ke depan bisa menjadi desa model pembelajaran menurunkan stunting.

Dalam penanganan stunting, terangnya, para kepala desa telah mengalokasikan anggaran di setiap desa.

Baca juga: Festival Mura Rame, Orang Muda Lembata Bersuara Perubahan Iklim

"Intervensi penanganan selama ini, semua kepala desa siapkan dana untuk penanganan, dengan jumlah variatif," katanya, Sabtu, 29 Oktober 2022. 

Selain itu, setiap dinas di Lembata juga dibagi untuk mendampingi desa-desa yang ada. Setiap dinas kebagian mendampingi satu desa, kecuali Dinas Kesehatan dan RSUD yang mendapatkan dua desa dampingan.

Berkat pendampingan yang dilakukan bersama secara terintegrasi, maka pada Agustus ketika dilakukan penimbangan, angka stunting turun drastis.

Lebih lanjut, tandas Gabriel, pada tahun anggaran 2022 ini,Pemkab Lembata mendapatkan alokasi anggaran dari APBD yang bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 1 miliar. Anggaran DAK dari Pemkab Lembata ini ditujukan bagi pengadaan alat ukur dalam mendukung upaya pencegahan stunting di Kabupaten Lembata.

Baca juga: Bulan Ini, Kejari Tetapkan Tentukan Sikap Kasus Kapal Pinisi Aku Lembata

Gabriel mengatakan, penanganan stunting di Kabupaten Lembata terus dilakukan secara terintegrasi.
Penanganan stunting di Kabupaten Lembata juga mendapatkan dukungan dana dari Pemerintah Pusat.

Tahun ini, kata dia, Pemkab Lembata mendapatkan alokasi anggaran khusus stunting yang bersumber dari DAK sebesar Rp1 miliar. Anggaran itu khusus dialokasikan untuk pengadaan alat ukur stunting sebanyak 113 unit.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved