Natal 2022 dan Tahun Baru 2023
Potret Muram Persiapan Natal 2022 di Afrika Tengah, Biarawan Asal NTT: Sangat Susah
Namun kali ini, cerita persiapan natal 2022 yang berbeda 'datang dari' wilayah Afrika Tengah-Tchad tepatnya
"Di sini listriknya tidak ada. Gedung atau bangunan seperti sekolah ada tapi tidak layak pakai. Kalau bandingkan dengan di situ sangatlah berbeda jauh," tuturya.
Oleh karena itu, Fr. Irfan memutuskan untuk menggunakan waktu pada siang hari mendampingi anak-anak melakukan latihan persiapan konser natal 2022.
Terpantau lewat foto dan video yang dibagikan, kelompok anak-anak yang notabene masih meniti pendidikan di bangku sekolah dasar berkumpul di lapangan berukuran sempit dipagari kayu kering.
Ada yang tidak bersendal. Anak-anak kecil juga tampak berdiri menonton latihan persiapan konser natal itu dengan wajah yang tampak kusam. Beberapa di antaranya melawan teriknya matahari dengan selendang yang terikat di kepalanya.
Dipandu oleh seorang yang berusia tua serta Fr. Irfan, anak-anak tersebut bernyanyi sambil melompat-melompat mengikuti irama musik gendang yang dimainkan.
Untuk memberi warna pada materi acara yang akan dibawakan, pihak paroki memberikan sebuah speaker untuk dipakai sebagai pengeras suara maupun memutar lagu.
"Listrik di sini tidak ada bahkan alat musik saja tidak ada. Dari kita siapkan. Kita dari SVD juga sediakan sumur bor untuk penuhi kebutuhan air minum mereka," jelasnya.
Namun yang menjadi kebanggaan Fr. Irfan adalah semangat anak-anak dalam melakukan latihan persiapan natal.
"Seperti yang saya katakan tadi di sini listrik tidak ada, gedung tidak ada. Bahkan air susah sekali, kita dari SVD bantu satu sumur bor untuk mereka, rumah-rumah mereka juga jauh dari kata layak. Tapi anak-anak ini sangatlah semangat ditengah segala keterbatasan hidup yang mereka alami," ucapnya.
"Seandainya kita di situ yang di posisi mereka saya yakin pastinya kita tidak mampu menjalani hidup yang demikian susah seperti ini," tambahnya.
Sekilas perbandingan, jika di Sikka ada lampu natal, di Boro Afrika Tengah hanya ada bulan yang memberi terang pada malam hari.
Jika di Sikka ada berbagai jenis musik beraroma natal yang menyejukkan jiwa, di Boro Afrika Tengah hanya gendang kecil dan suara dari anak-anak yang bernyanyi memecah kesunyian.
Jika di Sikka air minum mudah didapatkan, di Boro Afrika Tengah warga berharap pada belaskasihan orang lain untuk mendapatkan air minum.
Jika di Sikka ada tempat tinggal yang layak, di Boro Afrika Tengah segala sesuatu dijadikan layak intinya tidur nyenyak pada malam hari. Dan masih banyak perbandingan lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Maka, Fr. Irfan mengatakan nikmatilah hidup apa adanya. "Sebab di belahan dunia yang lain masih ada yang lebih susah dari kita," tutupnya
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/Frater-irfan-bau-bersama-anak-anak-di-Afrika.jpg)