Surat Gembala Uskup Atambua

Surat Gembala Masa Puasa 2023 Uskup Atambua, Aksi Puasa Keadilan Ekologis

Salam jumpa dalam kasih dan damai sejahtera Tuhan. Semoga kita semua selalu sehat, berada dalam damai-sejahtera dan sukacita Tuhan.

|
Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/HO-IST
Surat Gembala Masa Puasa 2023 Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr. 

2. ADIL TERHADAP ALLAH DAN ALAM CIPTAAN

Keadilan secara legal-formal menunjuk keadaan seimbangnya hak dan kewajiban. Hak azasi paling dasar dari alam ciptaan adalah hak untuk berada, hidup, bertumbuh. berkembang secara utuh dan seimbang dalam ekosystem yang berkelanjutan. Dalam ekosystem seluruh alam ciptaan, segala sesuatu terhubung melalui mata-rantai koneksi yang utuh. Ada interdependensi antara satu unsur dengan unsur yang lain, antara individu yang satu dengan yang lain, antara makrokosmos dengan mikrokosmos. Dengan demikian, dosa, kesalahan, dan ketidakadilan sekecil apapun terhadap satu unsur atau individu yang satu merupakan juga dosa, kesalahan dan ketidakadilan bagi tatanan alam ciptaan secara keseluruhan.

Allah mencipta, menyelenggarakan dan menyelamatkan seluruh alam ciptaan menurut tatanan yang luar biasa harmonis, menakjubkan dan memukau. Ada hukum pergerakan dan perubahan dengan gesekan dan tabrakan mahadahsyat yang membelalakkan mata. mencengangkan dan menciutkan nyali. Ada pesona alam mahaindah. Allah sungguh Maha-adil karena Dia menjaga semuanya berlangsung dalam harmoni agung tanpa konflik. Dalam Allah, kehidupan dan kematian bukanlah pertentangan melainkan kesempurnaan.

Benda mati. tumbuh-tumbuhan dan binatang, dipastikan bersikap dan bertindak adil karena semata-mata menuruti impuls (dorongan) kodrati untuk berada, hidup. bergerak. bertumbuh, berkembang. berbuah, mati. Semuanya bergerak menurut irama dan hukum ada, hidup dan mati. Seluruh tatanan alam berlangsung dalam suatu alunan irama alam yang menakjubkan, menggemaskan dan mempesona. Gelombang badai, banjir bandang dan bencana alam, hanyalah gerakan dahsyat alam untuk menjaga keseimbangan. Air tidak ditakdirkan menggenangi dataran tinggi. tetapi untuk mengisi lembah dan dataran rendah. Demikian pun badai berkecepatan maskimum berdaya rusak tinggi hanya taat melaksanakan tugas darurat membagi udara secara adil, sehingga kehidupan di setiap belahan bumi tetap terjaga. Pada saatnya semua makluk hidup harus mati, karena permukaan bumi tidak sanggup menampung semua populasi yang sudah kedaluwarsa.

Manusia, gambar dan rupa Allah. berpotensi sangat besar sebagai pelaku ketidakadilan ekologis. Melalui pilihan bebas dan kecenderungan kepada dosa, manusia berlaku tidak adil terhadap Tuhan. sesama makluk ciptaan dan sesama manusia. Melalui sikap konsumtip berlebihan dan tidak tahu batas, manusia cenderung mengeksploitasi alam secara berlebihan tanpa rasa tanggungjawab. Manusia pun tega melakukan tindak kejahatan KKN dan segala tindak kejahatan lainnya. sehingga rusaklah alam ciptaan. Pada gilirannya sesama yang memiliki hak pakai. hak hidup. dan hak okupasi atas alam ciptaan yang sama pun dirugikan. Ketidakadilan sosial nampak jelas dalam realitas kesenjangan sosial antar manusia.

Dalam tatanan ekologi. kita perlu berpikir jernih dan bertindak profetis kreatif. Mentalitas instan telah menjadikan kita “fakir-miskin massal” karena tidak mau berjerih-lelah melakukan pekerjaan baik dalam iman yang berkanjang. Masyarakat warga, Pemerintah, Gereja dan lembaga lainnya sering tergoda menggelontorkan program-program jangka pendek yang lebih merusak tatanan alam. memanjakan masyarakat dan mengintroduksi gaya hidup konsumeristik yang memalukan. Tanpa pemahaman ekologis yang benar, kita gampang mengubah banyak lahan menjadi pemukiman. Kita merambah dan menghabiskan hutan, merusak sumber air, memusnahkan banyak biota laut hanya untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek. Inilah beberapa contoh ketidakadilan ekologis yang berdampak jauh ke masa depan!

Dalam ranah sosial hidup keluarga. masyarakat, negara-bangsa, gereja, lembaga internasional, dil.. praktik ketidak-adilan masih terjadi. Masyarakat gampang dijadikan “massa mengambang”, diping-pong ke sana ke mari, dijadikan objek banyak urusan dan kepentingan. Dalam ketulusan iman, kita harus mengakui bahwa segala bentuk ketidak-adilan masih terus terjadi di lingkup keluarga, masyarakat, Gereja. biara, lingkup pelayanan publik pemerintah, lingkup lembaga adat, dll.

APP 2023 mengajak kita untuk bekerja dengan lebih rajin, tekun, sabar dan bermartabat membangun tatanan dunia yang lebih baik dan adil. Kita perlu bersih diri dan bersih lingkungan. Mari kita memperkokoh iman kita karena akar dari semua persoalan, krisis dan ketidakadilan adalah krisis iman.

3. GAMBAR DAN RUPA ALLAH

Kita tercipta sebagai gambar dan rupa Allah. “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" (Kej 1, 26).

Gambar dan rupa Allah mengungkapkan keagungan martabat pribadi manusia. Manusia membawa Keagungan dan Kebesaran Allah dalam seluruh sosok dirinya. Melalui sosok diri manusia yang unik dan konkrit, dapat dicerap misteri Allah yang menyata. Allah, dalam Keagungan-Nya yang tak terselami, rela mengerdil, menjadi sosok manusia dalam diri Yesus Kristus, Saudara Angkat setiap orang. Melalui misteri penjelamaan Allah. Sang Sabda Allah rela me-manusia, agar terbukalah jalan bagi manusia untuk meng-Allah. Keagungan diri manusia terletak dalam dinamika yang mengagumkan antara jalan imanensi dan jalan transendensi, jalan turun dan jalan naik. Manusia tercipta dengan martabat dan tugas mulia membawa “harta rohani di dalam bejana tanah liat” (Cf. 2Kor 4, 7) dalam dirinya.

Pada sisi yang lain, rupa Allah menunjukkan jarak yang tak terjembatani antara Allah Sang Pencipta dan manusia, makluk ciptaan Allah. Allah adalah Allah, manusia tetaplah manusia, makluk ciptaan yang raouh. terbatas, berdosa, hina-dina, tertakdir untuk berakhir dalam
Allah berdaulat secara terhomat di dalam kegemilangan alam semesta sementara manusia bergelimang dalam kehinaan lumpur dosa.

Dengan menyadari martabat diri kita sebagai rupa Allah. justru ditegaskan keagungan diri kita sebagai makluk terbatas yang begitu jauh dari Allah, tak pernah sanggup mendekati. apalagi menyamai Allah. Namun justru dalam keterbatasan dan kerapuhan itulah kita jadi sasaran istimewa. destinasi terakhir kasih dan kebaikan Allah. Kita dianugerahi kekuatan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas yang sekalipun sangat terbatas, menjadikan kita musafir kebenaran di bumi. Melalui pencaharian ini, kita tetap berkiblat dan tertarik ke arah Allah, Kebenaran, Kebaikan dan Keadilan Tertinggi.

Masa APP 2023 mengundang kita untuk rela menjadi “Gereja yang terluka dan memar, Gereja yang berani berjerih-lelah, dalam doa yang berkanjang dan keutamaan kerja, agar seluruh alam ciptaan dan tatanan manusia dipulihkan”. Kita akan menanggung banyak penderitaan, tercabikcabik, namun Salib Yesus pasti meneguhkan kita dalam perjuangan membangun tatanan dunia dan mayarakat yang lebih baik dan adil. Per crucem ad mortem, per mortem ad resurrectionem et vitam in abundantia! Bersama Kristus kita ikut tersalib, mati dan bangkit untuk dunia yang lebih baik dan hidup yang lebih berkelimpahan (bdk Yoh 10. 10).

4. BERPUASA: PANGGILAN MEMBUKA BELENGGU KELALIMAN

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved