Lipsus Tribun Flores
Gotong-royong Buat Sarung Tenun Sikka, Warga Kampung Ona Bisa Hidupi Keluarga hingga Jaga Tradisi
Warga Kampung Ona di Sikka harus menenun sarung tenun Sikka. Sarung tenun Sikka menjadi pekerjaan mereka untuk bisa menghidupi keluarga & jaga tradisi
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
Tak lama kemudian, mereka mulai memetik daun. Bagi warga Ona, daun itu namanya Nila. Daun itulah yang nantinya akan dijadikan sebagai pewarna alami.
Baca juga: Cerita Mama-mama di Sikka, Gotong-royong Buat Sarung Tenun Ikat Agar Asap Dapur Tetap Mengepul
Proses Menenun
Daun-daun yang diambil kemudian dibawa dan dikeringkan untuk pewarnaan. Proses pengeringan memakan waktu 1 hari.
Proses kerja ikat tenun membutuhkan waktu yang cukup lama berawal dari menyiapkan peralatan, proses mendapatkan serat kapas, membuat serat menjadi benang, proses mengikat di atas benang, pewarnaan secara alami, dan menenun dilakukan secara turun temurun.
Proses awal adalah merubah serat kapas menjadi benang. Serat kapas akan dipintal hingga menjadi benang dengan menggunakan sebuah kayu berbentuk lonjong. Setelah selesai, benang tersebut lalu digulung pada batu kecil.
Proses berikutnya adalah Goan atau merangkai benang. Dari benang yang sudah dirangkai kemudian diikat membentuk sebuah motif. Dari motif yang telah diikat itulah yang kemudian akan diculup dengan dedaunan untuk pewarnaan.
Bahan dasar untuk pewarnaan alampun bervariasi.
Daun Nila untuk warna biru, kulit Mahoni untuk warna merah dan kunyit untuk warna kuning. Dari semua bahan tersebuh akan ditambahkan kapur siri sebelum benang dicelupkan.
Benang dan motif yang telah dicelup kemudian dikeringkan. Untuk mendapatkan hasil yang bagus, benang dan motif yang sudah kering dikanji lagi.
Setelah dikanji benang dan motif dibentang untuk melepaskan ikatan-ikatan tali pada motif. Setelah dilepas maka tahapan akhir yakni menenun.
Baca juga: Penyulingan Air Minum dari Uap Panas Bumi Rokatenda, Kearifan Lokal Kebanggaan Warga Palue di NTT
Gotong-royong
Usai melaksanakan kegiatan diluar, mama-mama ini kembali ke Lo'a.
Ukuran luasnya sekitar 3x4 meter dengan dindingnya pakai bambu. Di bagian depannya tempat untuk mama-mama mengikat benang dan di dalamnya untuk menenun. Semantara di bagian dinding-dinding yang tidak ditutupi dipajang sejumlah sarung tenun hasil kerja mereka.
Setiap hari, Lo'a itu sangat ramai. Pasalnya di Lo'a ini mama-mama melakukan aktivitas mereka mulai dari menyulam benang menjadi sebuah sarung tenun.
Ketua kelompok tenun Ikat Ulimuri, Maria Fatima Pali mengatakan, Lo'a mereka mulai dikerjakan bulan Oktober 2022.
Lipsus Tribun Flores
Gotong-royong Buat Sarung Tenun Sikka
Warga Kampung Ona
Warga Kampung Ona Sikka
Tenun Sikka
Ulimuri
Kelompok Tenun Ikat Ulimuri
Tribun Flores.com
Polisi Ungkap Kronologi 3 Bocah Tertimbun Longsor di Colol, 2 Dilarikan ke RS Siloam Labuan Bajo |
![]() |
---|
Gaji Belum Dibayar, Pekerja Proyek Jalan Labuan Bajo - Golo Mori Demo PT WIKA |
![]() |
---|
Perjuangan Warga Palue di NTT, Suling Uap Panas Bumi Gunung Rokatenda Dapatkan Air Minum Bersih |
![]() |
---|
Cerita Mama-mama di Sikka, Gotong-royong Buat Sarung Tenun Ikat Agar Asap Dapur Tetap Mengepul |
![]() |
---|
Penyulingan Air Minum dari Uap Panas Bumi Rokatenda, Kearifan Lokal Kebanggaan Warga Palue di NTT |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.