Lipsus Tribun Flores
Gotong-royong Buat Sarung Tenun Sikka, Warga Kampung Ona Bisa Hidupi Keluarga hingga Jaga Tradisi
Warga Kampung Ona di Sikka harus menenun sarung tenun Sikka. Sarung tenun Sikka menjadi pekerjaan mereka untuk bisa menghidupi keluarga & jaga tradisi
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
Fatima menyebutkan, anggota Kelompok Tenun Ikat Ulimuri berjumlah 16 orang dan sistem kerjanya dibagi pakai sift. Dalam sehari, 5 orang akan bertugas untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing untuk membuat sebuah sarung tenun.
"Kami ada 16 orang dan kerjanya satu hari lima orang per hari. Untuk menghasilkan satu kain tenun kami kerja empat hari dan kami jual langsung ke Pasar Alok setiap hari Selasa," ujarnya saat dijumpai TRIBUNFLORES.COM Sabtu 19 Maret 2023.
Harga sarung tenun pun bervariasi. Jika bahan tenun dibuat dari pewarna alami, maka harganya berkisaran satu juta lebih dan jika dari bahan kimia harganya berkisaran lima ratusan ribu lebih.
"Kalau tenun yang dari pewarna alami harganya satu juta hingga satu juta tiga ratus ribu. Kalau yang dari bahan kimia harganya lima sampai enak ratus ribu rupiah, " ujar dia.
Menurut Fatima, dengan kerja berkelompok sangat mempermudah dan cepat menghasilkan selembar sarung. Perbedaan sebelum membentuk kelompok yaitu lama baru bisa menghasilkan satu buah sarung tenun karena tidak fokus dan banyak pekerjaan lain yang menghambat proses tenun.
"Kalau arti dari Ulimuri itu banyak, bisa tunas muda atau tunas baru, atau kemudi baru. Banyak artinya," ujarnya.
Ia mengatakan benang yang dipakai bisa didapatkan secara alami dari kapas asli dan digulung serta benang dibeli di toko.
"Kami gulung kapas asli dan juga beli di toko-toko," ujarnya.
"Kelompok Ulimuri ini dibentuk dari 2018. Dulu kami kerja sendiri-sendiri, tapi sekarang kami sudah bentuk 1 kelompok. Dulu kami kerja sendiri-sendiri, tapi sekarang kami sudah bentuk 1 kelompok. Dengan adanya kelompok ini membuat kami lebih semangat dalam bekerja. Untuk membuat 1 buah sarung tenun, kerjanya rumit. Dari Goang, dari pewarnaan, dari ikatnya, sangat-sangat sulit. Tapi dengan adanya kelompok ini kami senang," ujar Fatima.
Sementara itu, Sekretaris Kelompok Tenun Ikat Ulimuri, Maria Avelina Sophu (42) mengatakan kawasan itu setiap hari ramai. Karena mama-mama mulai menenun pada pukul 10.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita.
Ia menuturkan kebersamaan disana sangat kuat dan jiwa saling membantu atau gotong royongnya masih sangat kuat sehingga tidak ada kendala bagi mereka untuk bekerja bersama-sama.
"Kalau lebar 84-85 centi meter dan panjangnya 180 Centi Meter atau 1,8 Meter," ujarnya.

Ia mengatakan saat ini mereka didampingi oleh beberapa orang yang peduli terhadap warisan leluhur itu. Mereka konsen dan fokus memberikan pelatihan serta motivasi agar ibu-ibu di Kampung Ona terus berjuang untuk bisa bertahan hidup.
Sebab tidak ada pekerjaan lain untuk mereka lakukan selain menenun. Dari menenun mereka bisa menghidupi keluarga mereka dan memenuhi kebutuhan sosial lainnya seperti acara adat.
Ia mengaku kendala saat itu adalah pemasaran. Jadi merekam masih sangat kesulitan untuk pemasaran tenun. Mereka biasanya langsung ke Pasar Alok, Kota Maumere untuk menjual tenun.
Lipsus Tribun Flores
Gotong-royong Buat Sarung Tenun Sikka
Warga Kampung Ona
Warga Kampung Ona Sikka
Tenun Sikka
Ulimuri
Kelompok Tenun Ikat Ulimuri
Tribun Flores.com
Polisi Ungkap Kronologi 3 Bocah Tertimbun Longsor di Colol, 2 Dilarikan ke RS Siloam Labuan Bajo |
![]() |
---|
Gaji Belum Dibayar, Pekerja Proyek Jalan Labuan Bajo - Golo Mori Demo PT WIKA |
![]() |
---|
Perjuangan Warga Palue di NTT, Suling Uap Panas Bumi Gunung Rokatenda Dapatkan Air Minum Bersih |
![]() |
---|
Cerita Mama-mama di Sikka, Gotong-royong Buat Sarung Tenun Ikat Agar Asap Dapur Tetap Mengepul |
![]() |
---|
Penyulingan Air Minum dari Uap Panas Bumi Rokatenda, Kearifan Lokal Kebanggaan Warga Palue di NTT |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.