Lipsus Tribun Flores

Gotong-royong Buat Sarung Tenun Sikka, Warga Kampung Ona Bisa Hidupi Keluarga hingga Jaga Tradisi

Warga Kampung Ona di Sikka harus menenun sarung tenun Sikka. Sarung tenun Sikka menjadi pekerjaan mereka untuk bisa menghidupi keluarga & jaga tradisi

Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GORDY DONOFAN
MENENUN - Dua orang anggota Kelompok Ulimuri tampak sedang menenun di Lo'a Kampung Ona Nangahure, Sikka, Flores NTT, Sabtu 19 Maret 2023. 

"Kendalanya pemasaran. Alat-alat di Lo'a ini belum lengkap. Belum ada ada papan pemidang, penyangga dan alat untuk rendam benang seperti periuk tanah tidak ada, terpaksa kami pakai baskom,"ujarnya.

Ia mengatakan jika tidak menenun maka secara ekonomi akan kesulitan dan tidak akan ada penghasilan.

Sebelum pandemi Covid-19 mereka banyak mendapatkan uang dari menjual sarung tenun.

Namun, saat pandemi semua mimpi mereka seolah sirna. Semangat mereka untuk menenun perlahan mulai pudar karena kesulitan memasarkan tenun, apalagi daya beli di pasaran sangat kurang.

Tapi mereka terus optimis karena kini pandemi sudah berakhir dan harus bangkit meskipun masih memiliki keterbatasan sarana dan prasarana, namun jiwa semangat mereka mulai berkobar lagi untuk menghasilkan sarung tenun yang berkualitas baik.

"Pekerjaan kami setiap hari begini sudah, kalau kami tidak tenun kami tidak bisa beli ini, beli itu, tidak bisa biayai anak-anak sekolah. Menenun ini sangat membantu kami,"ujarnya.

Ajarkan Anak-anak

Ada hal menarik pada Kelompok Tenun Ikat Ulimuri ini. Mereka tidak hanya mementingkan diri sendiri untuk menenun tapi juga mereka tidak mau warisan leluhur itu hilang.

Hal yang mereka lakukan adalah mengajarkan dan membimbing anak-anak mereka yang masih mengenyam pendidikan dibangku SD dan SMP.

Bagi mereka hal itu harus dilakukan sehingga anak-anak terbiasa dan bisa menjaga agar warisan itu tetap dilestarikan.

Hari itu tampak empat orang anak sedang bersama mereka untuk ikut menenun. Anak-anak itu juga tampak antusias melakukan Goang atau merakit benang sebelum dimulainya menenun.

Menurut mereka anak-anak sudah terbiasa menenun sejak SD karena di rumah orangtua juga diajarkan cara menenun.

Maria Marice Ndasa (14), siswi SMP Negeri 3 Maumere mengaku bangga dan senang karena sejak SD ia sudah bisa menenun.

Bagi Ica, menenun memang susah-susah gampang tapi demi membantu orangtua, tidak ada kata menyerah dan terus berupaya agar bisa menghasilkan tenun yang berkualitas.

"Saya belajar dari mama. Mama punya alat tenun jadi saya bisa. Saya belajar mulai pulang sekolah itu kalau saya tidak capai, "ujar siswi yang akrab disapa Ica ini.

Ica hampir setiap hari usai pulang sekolah biasanya langsung membantu sang mama untuk menenun atau aktifitas lainya seperti goang.

Baginya menenun bisa menghasilkan uang asalkan bekerja serius dan tekun.

"Saya senang karena dari tenun ikat bisa dapat uang. Harga tenun bisa mencapai 500.000 rupiah. Mama biasanya bagi kalau sarung tenun laku,"ujarnya

Dibimbing

Kelompok Ulimuri tak sendirian. Mereka dibimbing oleh seorang anak muda bernama Kristianus Pana.

Pemuda yang akrab disapa Tian ini sehari-hari bersama mereka di Lo'a untuk membimbing dan mengajarkan hal-hal baru terkait motif dan cara tenun yang baik.

Bagi Tian hal itu ia lakukan berawal dari keprihatinannya terhadap warga Kampung Ona yang merupakan pengungsi dan tidak memiliki lahan untuk digarap.

Tian kemudian berinisiatif untuk membentuk kelompok tenun. Tidak mudah memang, tapi ia tetap sabar dan terus memberikan motivasi kepada mama-mama, sehingga bisa bergotong-royong menghasilkan sarung tenun.

Jadi saya pikir Ulimuri yang kami beri nama Tunas Muda ini akan menjadi muda terus.

"Meskipun penghuni di dalam itu rambutnya sudah putih-putih semua. Tapi semangat usaha dan perjuangan mereka untuk mendukung perekonomian sebagai masyarakat pengungsian. Yang notabenenya bahwa di sini tidak ada lahan untuk bertani ataupun menghasilkan sesuatu. Sehingga mereka ambil jalan untuk menjadi penenun dan hasil tenun mereka sangat membantu perekonomia keluarga. Tidak hanya keluarga tapi banyak orang yang tertolong termasuk saya sendiri juga mengalami itu. Jadi saya bisa menolong lagi orang yang lain. Mereka juga mampu menolong keluarga, membiayai anak bersekolah, itu hasil dari mereka mengerjakan ini (tenun)." ujarnya.

Tian bersyukur tak hanya mama-mama yang semangat melestarikan budaya, tapi anak-anak usia sekolah juga mau ikut belajar menenun. (Kgg).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved