Wisata Flores
Kampung Adat Bena, Tempat Wisata dengan Pesona Keindahan di Ngada Flores
Kampung Bena,perkampungan megalitikum yang berada Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Kampung Bena diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang la
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Kristin Adal
TRIBUNFLORES.COM, BAJAWA- Pulau Flores memliki alam yang mempesona. Alam yang indah menjadikannya sebagai destinasi wisata yang diperhitungkan. Selain alam, Pulau Flores juga kaya akan warisan budaya.
Pulau yang berjuluk Nusa Bunga ini menyimpan warisan budaya yang diakui dunia. Salah satunya Kampung Bena, perkampungan megalitikum yang berada Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Kampung Adat Bena diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu. Pesona kampung zaman batu ini berdiri di sebelah timur kaki Gunung Inerie sekitar 785 di atas permukaan air laut di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere.
Wisatawan harus menempuh jarak sekitar 22 kilometer sebelah selatan dari Kota Bajawa, Ibu Kota Kabupaten Nagda.
Baca juga: Wisata Flores, Berburu Sunries dan Spot Foto Instagramabel di Puncak Bukit Porong
Berada di puncak bukit dengan latar Gunung Inerie membuat suasana kampung semakin eksotis. Dengan luas wilayah Kampung Bena kurang lebih 3 hektar dan sekilas menyerupai perahu.
Arsitektur bangunan rumah yang sangat sederhana disebut Sa'o. Kampung Adat Bena imemiliki keunikan dalam bentuk kepercayaan.
Masyarakat Kampung Adat Bena mempercayai dan meyakini Gunung Inerie sebagai tempatn Dewa Yeta bersinggasana dan melindungi kampung mereka.
Dilihat dari tata ruang atau pola pemukiman yang khas sebagai identitas budaya. Terdapat satu pintu gerbang untuk masuk dan keluar seperti pada peradaban di zaman purba.
Sepuluh anak tangga yang disebut Ture E'bu merupakan simbol 10 keluarga yang pertama kali datang ke Dusun Bena.
Baca juga: Laut Maumere Surga Destinasi Wisata Flores Selain Labuan Bajo Manggarai Barat
Kurang lebih 45 buah rumah yang saling mengelilingi dari 9 suku membentuk huruf U. Setiap rumahnya pun memiliki hiasan atap yang berbeda satu sama lainnya berdasarkan garis keturunan yang berkuasa dan tinggal di rumah tersebut.
Sembilan suku tersebut yaitu suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Untuk membedakan antara satu suku dengan suku lainnya dipisahkan berdasarkan sembilan tingkat keinggian tanah yang disebut Undakan.
Sementara itu di tengah Kampung Adat Bena terdapat bangunan yang disebut Bhaga dan ngadhu. Ukuran dua bangunan ini lebih kecil daripada rumah.
Kedua bangunan tersebut merupakan simbol leluhur kampung yang berada di halaman tempat upacara adat sebagai media penghubung dan juga berfungsi sebagai lambang keberadaan suatu suku.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.