Berita Lembata

Infeksi Menular Seksual di Lembata Adalah Pintu Masuk Menuju HIV

Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti sifilis (Raja Singa) dan Gonore (kencing nanah) merupakan pintu masuk

Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/RICKO WAWO
Pemerhati kesehatan Nefri Eken sedang melakukan sosialisasi HIV dan Aids di salah satu SMA di Lewoleba, Mei 2023.    

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, RICKO WAWO

TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti sifilis (Raja Singa) dan Gonore (kencing nanah) merupakan pintu masuk seseorang berpotensi terserang virus HIV. Penderita IMS sudah memasuki masa jendela atau suspect yang nantinya berujung pada HIV.

Pemerhati kesehatan Nefri Eken berujar fenomena tingginya angka penderita IMS di Lembata perlu disikapi serius. Dia mendorong pemerintah lebih giat melakukan sosialisasi, edukasi dan pemeriksaan kesehatan (tes darah) rutin di sekolah, kelurahan hingga ke desa-desa.

“Terakhir dalam pertemuan dengan Pak Penjabat Bupati (Marsianus Jawa), kita mendorong supaya ada pemeriksaan atau skrining HIV di setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD),” ujar Nefri saat dihubungi, Sabtu, 27 Mei 2023.

Proses skrining HIV di kalangan pegawai negeri sipil perlu dilakukan sebagai bagian dari pemetaan kasus HIV dan Aids yang ada di Kabupaten Lembata. Jika ditemukan ada pegawai yang positif maka tentu akan diberikan obat dan dikontrol. Jika negatif maka pihaknya bisa melakukan edukasi tentang perilaku seksual yang bisa berpotensi pada terjangkitnya IMS atau HIV.

 

Baca juga: Penjabat Bupati Lembata Matheos Tan: Kalau Ada Mafia Pasti Ada Orang Kuat di Belakang

 

 

 

Nefri Eken juga mengungkap fakta semakin banyaknya pekerja seksual jalanan di Lembata. Dari hasil pemetaan dan pendataan yang dia lakukan bersama Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata dari tahun 2019-2023, jumlah pekerja seks jalanan sudah mencapai angka 507 orang. Rata-rata mereka berusia 15-45 tahun. Kebanyakan pekerja seks jalanan ini merupakan anak-anak putus sekolah, siswa SMP-SMA dan perempuan lajang.

Pekerja seks jalanan di Lembata, kata dia, biasa melakukan hubungan seks aktif dengan lebih dari lima orang pelanggan. Selain di kos-kosan dan di rumah warga yang disewa, Nefri menyebut dua tempat transaksi seks di kawasan Waikilok dan di desa Pada, Kecamatan Nubatukan yang masih beroperasi di malam hari.

Mirisnya, dari hasil konseling terhadap mereka, rata-rata pekerja seks jalanan ini sudah tertular HIV dan IMS.

“Ada juga yang belum (terinfeksi HIV atau IMS), tetapi kita harus terus pantau dan kontrol karena kena penyakit ini juga kan tergantung daya tahan tubuh,” katanya.

 

Baca juga: Pastikan Bersih dari Narkoba, Lapas Ende Tes Urine Bagi Warga Binaan

 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved