Berita NTT

Pulau Sumba Sumbang Kasus Malaria Tertinggi di NTT

Pulau Sumba penyumbang kasus malaria tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kasus Malaria di Pulau Sumba sangat tinggi dan banyak pasien Malaria.

Editor: Gordy Donovan
ILUSTRASI
IlUSTRASI NYAMUK - Pulau Sumba penyumbang kasus malaria tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Konsultan Malaria UNICEF se Pulau Sumba Rensat Tino mengatakan, berdasarkan laporan kasus pada Sistem Informasi Malaria (SISMAL) kondisi Tahun 2023 sampai Mei 2023, 85,72 persen kasus Malaria di NTT masih berasal dari Pulau Sumba. 

TRIBUNFLORES.COM, WAINGAPU- Pulau Sumba penyumbang kasus malaria tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Konsultan Malaria UNICEF se Pulau Sumba Rensat Tino mengatakan, berdasarkan laporan kasus pada Sistem Informasi Malaria (SISMAL) kondisi Tahun 2023 sampai Mei 2023, 85,72 persen kasus Malaria di NTT masih berasal dari Pulau Sumba.

"Data ini belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena masih ada kasus yang belum terlaporkan dari semua Fasilitasi Kesehatan dari 4 Kabupaten se-Pulau Sumba," kata Rensat saat dihubungi, Kamis 15 Juni 2023.

Ia juga menambahkan secara endemisitasi sampai Mei 2023 Sumba Timur telah menjadi Kabupaten Endemis tinggi, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya endemis Sedang, Sumba Tengah endemis rendah.

Baca juga: Perpustakaan Gorys Keraf di Lembata Koleksi Ratusan Ribu Buku, Ada Buku Penulis Asal Lembata

 

Menurutnya di Pulau sumba, jika dilihat dari sebaran kasus tidak merata pada semua desa/kecamatan, seperti di Sumba Barat 73 persen Kasus dari 4 Desa di Kecamatan Laboya Barat, Sumba Barat Daya 62 persen Kasus dari 14 Desa di Kecamatan Kodi Balagar, sedangkan di Sumba Timur 73 persen Kasus tersebar di 7 Kecamatan dari 22 Kecamatan yang ada tertinggi dari 7 desa Kecamatan Mahu (16,8 persen).

Memperhatikan kondisi tersebut ia menjelaskan bahwa UNICEF, Dinas Kesehatan Dukacapil NTT melaui Mitra DPW PPNI NTT serta Pemkab di Pulau Sumba melakukan intervensi prioritas pada kecamatan endemis tinggi di 3 Kabupaten.

"Melalui kegiatan Workshop Percepatan Eliminasi Malaria pada kecamatan endemis tertinggi dengan sasaran Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, TNI/POLRI. Fokus saat ini di Kecamatan Lamboya Barat (7 Juni 2023), Kodi Balaghar (9 Juni 2023) dan Kecamatan Mahu direncanakan pada 15 Juni 2023," jelasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan di Lamboya Barat juga dihadiri Pengelola Malaria Provinsi NTT dan Kepala Bidang P2P Sumba Barat Wellem Ratu, sedangkan di Kecamatan Kodi Balaghar dihadiri oleh Kepala Bidang P2P SBD Sherly Kaka dan perwakilan dari TNI.

Menurutnya tujuan kegiatan ini yakni adanya komitmen bersama dan rencana aksi yang terukur detail dengan timeline aksi di lapangan.

Ia juga menambahkan hasil dari kegiatan di Kecamatan Laboya Barat dan Kecamatan Kodi Balahagar, adanya Surat Edaran camat tentang percepatan eliminasi malaria yang ditujukan kepada Kepala desa dan semua pimpinan Agama untuk disosialisasikan, Operasi penggunaan kelambu berinsektisida yang telah dibagikan secara masal kepada masyarakat.

"Pembersihan lingkungan sekitar rumah dan tempat perindukan potensial tempat perindukan nyamuk sekaligus melakukan larvasiding secara total pada tempat perindukan positif jentik Anopheles," ujarnya

Dia juga menambahkan peningkatan Active Case Finding melalui Mass Blood Survey (MBS) pada dusun-dusun kantong malaria melibatkan semua pihak termasuk TNI/Polri untuk penggerakan sasaran dan peningkatan kunjungan rumah oleh Kader Malaria.

Baca juga: Kasus Malaria di Sikka, Tahun 2022 Puskesmas Tanarawa Catat 339 Kasus Malaria

"Replikasi peraturan desa tentang eliminasi malaria pada semua desa. Adanya Tim Malaria tingkat kecamatan untuk memudahkan koordinasi salah sartunya melalui WA Group, evaluasi kegiatan akan dilakukan secara berkala minimal 2 kali sebulan," ujarnya.

Sementara itu, Alfred Duka Pengelola malaria Provinsi NTT mengatakan saat ini momen yang tepat untuk pengendalian malaria di Pulau Sumba.

Kelambu berinsektisida yang dibagikan secara masal di 3 Kabupaten dan kelambu masal fokus di Sumba Tengah, larvasiding secara total pada tempat perindukan positif jentik atau intervensi yang sesuai pada tempat perindukan potensial, lakukan pembersihan lingkungan sekitar yang akan dijadikan sebagai restingplace nyamuk, tingkatkan pemeriksaan malaria temukan positif obati sampai tuntas.

"UNICEF, Dinkes Dukcapil NTT dan PPNI juga memberikan dukungan kegiatan bagi Mothly Program Malaria dan Pelatihan eSISMAL Versi 3 bagi Pengelola Malaria semua Fasilitas Kesehatan di Pulau Sumba. 3 Kabupaten telah dilaksanakan Sumba timur direncanakan pada tanggal 14 Juni 2023," jelasnya.

Ia juga menjelaskan kegiatan seperti ini telah dilakukan secara rutin sejak Juli Tahun 2022, Tujuan kegiatan ini untuk melakukan evaluasi pencapaian program secara berkala fokus pada pengobatan dini, manajemen kasus, logistik dan surveilans.

Sedangkan Pelatihan eSISMAL V3 karena masalah pada capaian kelengkapan laporan di Sumba sebaba sebagian besar pengelola malaria belum paham penggunaan SISMAL V3.

Hasil dari kegiatan ini, semua fasilitas kesehatan berkomiten untuk terus melakukan perbaikan sesuai RTL yang telah disepakati. (Pos Kupang.Com).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved