Pariwisata NTT

Melihat Kelip Lampu di Utara Benua Australia dari Pulau Menipo Kabupaten Kupang

Taman Wisata Alam Pulau Menipo di Kecamatan Amarasi,Kabupaten Kupang tak hanya habitat Rusa Timor yang hidup. Pantai dan padangnya juga sangat indah.

Editor: Egy Moa
HO
Taman Wisata Alam (TWA) Menipo berlokasi di Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang.  

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Tapehen

POS-KUPANG.COM, OELAMASI-Masih ingatkan 7 nelayan asal Sulawesi Tenggara yang kapalnya tenggelam pekan lalu karena dihantam ombak. Ternyata pulau tempat mereka menyelamatkan diri merupakan saah satu taman wisata alam yang ada di Kabupaten Kupang.

Namanya Taman Wisata Alam (TWA) Menipo yang berada pada wilayah administrasi Desa Enoraen Kecamatan Amarasi Timur Kabupaten Kupang.

Kawasan TWA Menipo pada awalnya TWA Menipo merupakan kawasan Suaka Margasatwa (SM) sesuai Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor:749/Kpts/Um/12/1977 tanggal 30 Desember 1977 seluas 2000 ha dan telah diubah dengan Surat Menteri Pertanian Nomor: 768/Kpts/Um/12/1978 tanggal 19 Desember 1978 luasnya menjadi 3000 ha.

Berdasarkan hasil penataan batas tahun 1989 luas kawasan SM. Menipo seluas 2.449,50 ha termasuk di dalamnya Pulau Manipo seluas 571,80 ha.

Baca juga: Pemkab Kupang Raih Opini WTP, Ketua DPRD Kabupaten Kupang Berikan Apresiasi

PANORAMA TWA MANIPO
Salah satu sudut panorama alam di Taman Wisata Alam Manipo di Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT

 

Pada tanggal 28 Desember 1992 kawasan SM. Menipo diubah fungsi menjadi Kawasan Taman Wisata Alam Menipo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:1134/Kpts-II/1992 dengan luas 2.449,50 ha.

Kawasan TWA Menipo menawarkan panorama alam berupa hamparan laut lepas di pantai selatan. Pada malam hari dalam keadaaan cauaca yang cerah dan laut tenang akan terlihat kelap-kelip cahaya lampu dari tepi pantai utara Benua Australia.

Selain untuk menikmati alam, para pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata ini untuk kegiatan memotret.

Hamparan pantai pasir putih yang indah, landai, serta gelombang yang cukup tinggi bisa digunakan untuk olah raga selancar ombak.

Baca juga: Warga Kabupaten Kupang Meninggal Dunia Tertimpa Pohon

Disamping itu, pandangan dapat melihat langsung Laut Timor menambah indahnya panorama alamuntuk kegiatan wisata.

Keindahan pantai ini didukung oleh terbentuknya pantai yang dangkal sebagai konsekuensi adanya hubungan dekat dengan daratan Pulau Timor yang diperbaharui oleh pendangkalan laut.

Konon proses ini telah terbentuk ratusan tahun lalu sebagai akibat dari perembesan ombak laut yang besar.

Yang paling terkenal di TWA Menipo adalah Rusa Timor. Keberadaan rusa ini memberikan tambahan daya tarik wisata yang akan menarik wisatawan datang ke TWA Menipo. Rusa ini merupakan rusa alam yang beraktifitas di pulau ini.

Baca juga: Di Kabupaten Kupang, Masyarakat Minum Air Langsung dari Keran

Di TWA Menipo terdapat beberapa padang yang cukup luas dimana padang ini kita bisa menyaksikan Rusa Timor yang sedang mencari makan dan bermain. Pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata untuk bird watching, olah raga lintas alam, berkemah dan memotret.

Untuk menuju TWA Menipo ada tuga jalur yang dapat dilalui dengan jarak yang bervariasi.  Pertama jalur Kupang – Oesao–Oekabiti –Ponain – Tesbatan – Bikoen –Taman Wisata, sekitar 119 kilometer dengan waktu tempuh sekitar empat jam.

Kedua, Kupang – Oesao – Camplong – Takari – Batuputih – Panite – Bikoen – Taman Wisata, 124 kilometer dengan waktu tem­puh sekitar tiga jam dan empat puluh lima menit.

Lalu ketiga, Kupang – Camplong – Silu – Seki – Oemolo – Enoraen – Taman Wisata, 120 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.

Nama Menipo  juga punya kisah dibaliknya. Mengutip kisah sejumlah warga Desa Enoraen, gundukan pulau mungil yang belakangan dikenal Menipo, adalah serapan dari aslinya bernama Menifon.

Kata menifon itu adalah paduan nama pasangan leluhur Timor di Enoraen, yakni Meni dan Fon.

Pasangan leluhur itu dikenal sebagai penyayang biatang terutama rusa. Ketika zamannya, hewan liar itu selalu jinak dan akrab dengan Menifon dan keluarganya.

Rusa yang ditangkap dan dibunuh hanya sebatas untuk kebutuhan lauk di rumah atau keperluar terbatas lainnya.

Menurut kelanjutan kisahnya, seiring perjalanan waktu, perlilaku rusa belakangan menjauh dan liar. Menifon pun mulai kesulitan menangkapnya.

Setelah dilakukan pengusutan, ternyata perubahan perilaku rusa yang menjauh dan liar itu akibat ulah menyimpang sekelompok warga.

Tanpa sepengetahuan Menifon, mereka secara serakah menangkap dan membunuh hewan liar itu hanya sekadar bersenang senang.

Mengetahui ulah negatif sekelompok warganya itu, Meni dan Fon terpanggil untuk menyelamatkan kawanan rusa. Usaha yang dilakukannya adalah memindahkan beberapa pasang rusa ke kawasan gundukan pulau yang kemudian bernama Menifon lalu berubah menjadi Menipo. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved