Kasus HIV dan AIDS Sikka

Kasus HIV dan AIDS di Sikka hingga 2023, HIV 22 Orang, Aids 32 dan 8 Meninggal Dunia

Jumlah kasus HIV/Aids di Kabupaten Sikka selama 20 tahun terakhir yakni sejak tahun 2003 sampai bulan Agustus tahun 2023 terus mengalami peningkatan.

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/ALBERT AQUINALDO
PERTEMUAN - Pertemuan kemitraan lintas sektor Aids-Tuberkulosis-Malaria (ATM) dan penyakit menular lainnya tingkat Kabupaten Sikka di Aula Kantor Bappeda Kabupaten Sikka, Selasa, 26 September 2023. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Jumlah kasus HIV/Aids di Kabupaten Sikka selama 20 tahun terakhir yakni sejak tahun 2003 sampai bulan Agustus tahun 2023 terus mengalami peningkatan secara kumulatif.

Namun, jumlah penderita HIV/Aids di Kabupaten Sikka setiap tahunnya, mengalami fluktuasi.

Berdasarkan data yang dipaparkan Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka saat pertemuan kemitraan lintas sektor Aids-Tuberkulosis-Malaria (ATM) dan penyakit menular lainnya tingkat Kabupaten Sikka di Aula Kantor Bappeda Kabupaten Sikka, Selasa, 26 September 2023, jumlah kumulatif penderita HIV/Aids di Kabupaten Sikka pada bulan Agustus tahun 2023 sebanyak 1088 kasus dengan jumlah penderita HIV/Aids hingga bulan Agustus 2023 sebanyak 54 penderita, diantaranya 22 penderita HIV dan 32 penderita Aids dan 8 orang meninggal dunia.

Sedangkan dua tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2021, jumlah kumulatif penderita HIV/Aids di Kabupaten Sikka sebanyak 965 kasus dengan jumlah penderita pada tahun itu sebanyak 61 penderita, diantaranya 21 penderita HIV dan 40 penderita Aids dan 1 orang meninggal dunia.

Baca juga: KPAD Lembata Sebut Masyarakat Masih Kucilkan Penderita HIV, ODHA Tidak Mau Minum Obat Lagi

 

Pada tahun 2022, jumlah kumulatif penderita HIV/Aids di Kabupaten Sikka sebanyak 1034 kasus dengan jumlah penderita pada tahun itu sebanyak 69 penderita, diantaranya 18 penderita HIV dan 51 penderita Aids dan 1 orang meninggal dunia.

Data HIV/Aids tiga tahun terakhir di Kabupaten Sikka berdasarkan jenis kelamin, yakni pada tahun 2021, dari total 61 penderita HIV/Aids, 39 penderita adalah laki-laki dan 22 penderita adalah perempuan.

Pada tahun 2022, dari total 69 penderita HIV/Aids, 48 penderita adalah laki-laki dan 21 penderita adalah perempuan. Sedangkan pada tahun 2023, dari total 54 penderita HIV/Aids, 28 penderita adalah laki-laki dan 26 penderita adalah perempuan.

Berdasarkan golongan usia, tiga tahun terakhir, tidak ada penderita pada golongan usia dibawah satu tahun. Sedangkan golongan usia 1-14 tahun, pada tahun 2021 terdapat 4 penderita, tahun 2022 0 penderita sedangkan tahun 2023 terdapat 2 penderita. Golongan usia 15-19 tahun pada tahun 2021 terdapat 1 penderita, tahun 2022 0 penderita sedangkan tahun 2023 terdapat 3 penderita.

Golongan usia 20-24 tahun, pada tahun 2021 terdapat 8 penderita, tahun 2022 terdapat 7 penderita sedangkan tahun 2023 terdapat 4 penderita. Golongan usia 25-49 tahun pada tahun 2021 terdapat 44 penderita, tahun 2022 56 penderita sedangkan tahun 2023 terdapat 36 penderita. Sedangkan untuk golongan usia diatas 50 tahun, pada tahun 2021 terdapat 4 penderita, tahun 2022 terdapat 6 penderita dan tahun 2023 terdapat 9 penderita.

Sedangkan jumlah kumulatif penyebaran kasus HIV/Aids berdasarkan wilayah kecamatan di Kabupaten Sikka dari tahun 2003 sampai dengan Agustus 2023 antara lain Kecamatan Alok sebanyak 161 kasus, Kecamatan Alok Timur sebanyak 149 kasus, Kecamatan Alok Barat sebanyak 100 kasus, Kecamatan Nita sebanyak 96 kasus, Kecamatan Kangae sebanyak 70 kasus, Kecamatan Kewapante sebanyak 66 kasus, Kecamatan Waigete sebanyak 59 kasus, Kecamatan Talibura sebanyak 50 kasus, Kecamatan Magepanda 48 kasus, Kecamatan Bola sebanyak 40 kasus, Kecamatan Nele sebanyak 37 kasus, Kecamatan Hewokloang sebanyak 35 kasus, Kecamatan Mego sebanyak 32 kasus, Kecamatan Paga sebanyak 30 kasus, Kecamatan Lela sebanyak 27 kasus, Kecamatan Doreng sebanyak 21 kasus, Kecamatan Koting sebanyak 20 kasus, Kecamatan Palue sebanyak 16 kasus, Kecamatan Waiblama sebanyak 12 kasus, Kecamatan Mapitara sebanyak 11 kasus dan Kecamatan Tanawawo sebanyak 8 kasus.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Maria Margaretha Bogar, menjelaskan, dari data diatas, ODHA ON ART (sementara konsumsi obat) sebanyak 486, ODHA TBC/HIV sebanyak 16 orang, 2 orang diantaranya dari luar Kabupaten Sikka. ODHA rujuk keluar sebanyak 18 orang, ODHA yang diperiksa VL sebanyak 157 orang sedangkan ODHA Loss Follow Up sebanyak 40 orang terdiri dari 26 orang di Kabupaten Sikka dan 14 orang di luar Kabupaten Sikka.

Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka untuk menekan angka penderita HIV/Aids, jelas Maria Margaretha Bogar yakni semua ibu hamil, pasien TBC, IMS, LSL, waria, WPS, penasun dan Warga Binaan Permasyarakatan (WBP) wajib menjalani test.

Baca juga: Infeksi Menular Seksual di Lembata Adalah Pintu Masuk Menuju HIV

Selain itu, Dinas Kesehatan bersama stake holder melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan keluarga ODHA tentang penyakit HIV/Aids serta pencegahan penularan. Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka juga melakukan pendampingan petugas kesehatan ke layanan PDP bagi penderita yang hasil test laboratorium R1 reaktif.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka juga melakukan sosialisasi promosi ARV, penjangkauan populasi kunci bersama KPA, melakukan kunjungan rumah Nakes Puskesmas maupun Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) bagi ODHA Loss Follow Up (LFU), ODHA yang sudah dites konfirmasi dan hasil laboratorium reaktif, langsung dilayani ARV apabila tidak ditemukan infeksi oportunistik.

Memberikan edukasi dan penyebaran informasi kepada ODHA, keluarga dan masyarakat mengenai tersedianya pemeriksaan ViralLoad di RSUD Tc Hillers Maumere, melaksanakan kegiatan Mobile VCT di kelompok populasi kunci, melaksanakan pertemuan Strategic Use of ARV (SUFA) tingkat Kabupaten Sikka, melaksanakan validasi data tingkat kabupaten bersama layanan rumah sakit, puskesmas dan kelompok dukungan sebaya, pembentukan kader Warga Peduli Aids (WPA) oleh KPA, bersama KPA melaksanakan kegiatan pemetaan populasi kunci, pembentukan 9 layanan PDP baru, membuat WhatsApp Grup, membangun kerja sama dengan KPA, Dispenduk, Dinsos bagi ODHA yang tidak memiliki identitas maupun jaminan kesehatan dan menyediakan pemeriksaan Viral Load di RSUD Tc Hillers Maumere.

Disamping itu, lanjut Maria Margaretha Bogar, masih banyak tantanga yang dihadapi Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka dalam penanganan HIV/Aids diantaranya, masih adanya stigma dan diskriminasi sehingga masih ada sebagian ODHA yang malu untuk mengambil rujukan sendiri ke layanan, mempertahankan ODHA yang masih mengakses ARV dengan baik, masih adanya ODHA yang putus obat dikarenakan merantau dan tidak melapor ke petugas kesehatan sehingga tidak membawa rujukan.

Selain itu, ada ODHA dari luar wilayah Kabupaten Sikka yang mengakses ARV serta belum adanya Pengawas Minum Obat (PMO) untuk sebagian ODHA dan belum adanya layanan PDP aktif. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka adalah masih tingginya mobilitas populasi kunci dan kurangnya kerja sama lintas sektor dalam penemuan kasus baru.

Maria Margaretha Bogar berharap, dilakukannya test kepada semua populasi kunci dan populasi beresiko dan tidak ada ODHA yang Loss Follow Up (LFU). Maria Margaretha juga berharap ODHA diperiksa Viral Load, serta kerja sama lintas program dan lintas sektor semakin meningkat, pencatatan dan pelaporan tepat waktu agar tercapai tujuan penanggulan HIV/Aids yakni 3 zero pada tahun 2030.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved