Injil Katolik
Bacaan Injil Katolik Minggu 3 Desember 2023 Lengkap Renungan Harian Katolik
Mari simak Bacaan Injil Katolik Minggu 3 Desember 2023.Bacaan Injil Katolik lengkap renungan Harian Katolik.Injil Minggu Injil Markus 13:33-37.
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
Berdasarkan pengenalan ini, Yesaya meyakini bahwa Allah segera akan memulihkan keadaan umat-Nya yang sedang menderita dalam pembuangan.
Pengenalan dan persekutuan kita dengan Allah memberikan kepekaan rohani untuk meyakini rencana dan tindakan Allah dalam dunia. Bagaimana dengan Anda? Teladanilah Yesaya!
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus bertemakan tentang “Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah”.
Apakah sebenarnya yang membuat gereja dapat bertahan sepanjang zaman? Apakah resep bagi langgengnya persekutuan orang percaya?
Sebelum menyampaikan keprihatinannya menjawab persoalan jemaat, Paulus menyampaikan alasan mengapa ia merasa berhak menyampaikan kata pengajaran dan nasihat kepada jemaat (ayat 1,2).
Bagian ini penting karena akan menjadi semacam ‘dasar hukum’ bagi semua yang akan dipaparkannya dalam seluruh suratnya.
Tanpa peranannya sebagai rasul Kristus yang ditunjuk oleh Allah sendiri (Kis. 9:1- 19a), ia tidak mempunyai wewenang atau wibawa rohani apapun.
Paulus menekankan adanya hubungan yang khas di antara orang-orang percaya yang dipanggil untuk dikuduskan.
Semuanya menjadi bersaudara, saling mendengar karena mereka semua mempunyai satu Bapa (ayat 3), dan ber-Tuhankan Yesus Kristus yang memiliki semua kuasa dari Allah Bapa. Kini landasan relasi antara Paulus dan Sostenes yang datang bersamanya dengan para pembacanya telah diletakkan.
Keterikatan di antara mereka semua tercipta karena berada dalam satu rumah tangga rohani, dengan damai sejahtera melingkupinya.
Paulus mengingatkan jemaat bahwa sebagai orang yang berutang kepada Yesus Kristus, karena anugerah keselamatan kekal-Nya, ucapan syukur merupakan hal vital dan tidak boleh terputus dalam kehidupan jemaat.
Imbauan Paulus ini didasarkan pada dua hal. [1] jemaat memiliki kemampuan untuk saling bersaksi tentang Kristus. [2], dalam masa penantian kedatangan Kristus kembali iman jemaat tidak akan terombang ambing sehingga jemaat dapat memelihara kehidupan yang bersih dan tidak tercela. Paulus yakin dan optimis karena kesetiaan Allah memungkinkan itu terjadi.
Apakah sumbangan kita untuk menjadikan jemaat yang di dalamnya kita tergabung, suatu persekutuan yang lestari?
Injil dalam Minggu Adven I ini kita diminta berjaga-jaga sebab Dia datang! Kedua kata ini bisa diucapkan dengan berbagai ekspresi dan intonasi. Baik dalam intonasi gemetar penuh ketakutan ataupun intonasi kegembiraan yang luar biasa. Frase yang sama, dengan intonasi yang berbeda memberitahukan pesan yang berbeda pula.
Yesus mengajarkan kedatangan Anak Manusia dalam nas ini dalam “intonasi” yang berbeda. Jika sebelumnya dalam Injil Markus kedatangan Sang Anak Manusia bermakna penghakiman yang menakutkan karena diberitakan bagi mereka yang belum percaya, bahkan menolak Yesus, kini kedatangan Sang Anak Manusia adalah sesuatu yang menjadi pengharapan dan dinantikan oleh Kristen.
Saat itu adalah saat di mana orang-orang pilihan dikumpulkan. Sekali lagi, Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya (dulu dan sekarang!) untuk terus berjaga-jaga (ayat 28-31, 33- 37).
Artinya, berjaga-jaga jangan sampai masing-masing pengikut Kristus sedang lalai tidak mengerjakan tugasnya pada saat Tuhan datang (ayat 36).
Dengan melakukan tugas panggilan pelayanannya dengan sungguh-sungguh, seorang murid sedang memenuhi perintah Tuhannya untuk berjaga-jaga.
Dari sini ada sesuatu hal yang perlu dipertanyakan: adakah orang Kristen sedang berjaga-jaga? Ataukah terlena? (bdk. dengan Mrk. 14:37- 40).
Pertanyaan ini penting untuk kita tanyakan pada diri kita sendiri setiap hari dari kehidupan kita. Berjaga-jaga bukanlah mencari-cari tahu dengan perhitungan spekulatif kapan Yesus datang. Yesus tegas menyatakan tidak seorangpun yang tahu, perlu tahu, dan dapat tahu kapan waktunya.
Penentuan waktunya adalah rencana Allah Bapa (ayat 32). Tugas kita adalah berjaga-jaga dan melayani Allah dalam kehidupan kita dengan sungguh-sungguh.
Renungkan
Orang Kristen yang terlena adalah orang Kristen yang tidak mengharapkan dan tidak menduga jika seandainya Yesus Kristus datang hari ini, kini dan di sini.
Doa Penutup
Datanglah, ya Tuhan Yesus! Kejutkanlah diriku dengan berbagai anugerah-Mu dalam masa Adven ini.
Buatlah aku mampu mengenali dan mengalami kehadiran-Mu dalam diri saudari-saudara yang kulayani, dalam Kitab Suci sebagaimana dialami oleh Fransiskus dari Assisi, dalam kegiatan-kegiatanku mempersiapkan hari Natal, dalam Sakramen Rekonsiliasi, dan teristimewa dalam Perayaan Ekaristi.
Biarlah aku mensyeringkan anugerah-anugerah ini dengan saudari-saudaraku yang lain – termasuk mereka yang beriman lain, sehingga mereka semua pun dapat mengenal Engkau, Tuhan dan Juruselamat semua orang. Amin. (Sumber The Katolik.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.