Gunung Lewotobi Erupsi

Murid SD Merindukan Pakaian Seragam dan Pakai Tas ke Sekolah

Tinggal di Pos pengungsian Gunung Lewotobi laki-Laki tidak lagi menyenangkan bagi para murid SD yang kesulitan belajar.

|
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Siswa pengungsi Gunung Lewotobi Laki-Laki belajar di teras SMPN 1 Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Jumat, 19 Januari 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Dahi Yufinti Bogin Rotan (11) dan Maria Nona Futa (12) tampak mengerut ketika berhadapan dengan lembaran kertas putih bertuliskan angka-angka pelajaran Matetika, Jumat, 19 Januari 2024.

Dua murid SDI Jongwolor, Desa Boru, dan SDK Bawalatang di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang,Kabupaten Flores Timur mengaku sulit memecahkan tugas Matematika di Posko pengungsian SMPN 1 Wulanggitang.

Ada belasan murid sekolah asar belajar secara berkelompok di teras pengungsian. Mereka meletakan buku dan  bolpoin pada meja kecil, lalu mengerjakan tugas diberikan oleh relawan guru SDK Kemiri.

Yufinti dan Maria menyebutkan, setiap hari para  murid mengikuti kelas belajar darurat dari pukul 07.00 Wita sampai 10.00 Wita. Tiga jam belajar membuat mereka bingung dan sulit menyerap materi.

Baca juga: Warga Lereng Gunung Lewotobi Kaget Seekor Ular Kepala Dua Muncul di Hokeng Jaya, Flores Timur

 

 

"Belajar hanya beberapa jam saja, rasanya kurang senang karena tidak nyaman. Materi sangat singkat dan kami sulit mengerjakan tugas," katanya saat ditemui wartawan.

Kerinduan belajar dalam ruang kelas dengan  mengenakan pakaian seragam, membawa tas sekolah, dan berjumpa dengan guru belum terwujud karena masih dalam situasi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang hingga kini berstatus Level IV (Awas).

Anak-anak usia sekolah merasa belajar dalam kegelisahan erupsi gunung yang hingga kini belum kondusif. Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi kembali memperpanjang Surat Keputusan (SK) tanggap darurat hingga 24 Januari 2024.

"Kami rindu belajar di dalam kelas. Di kelas beda, guru ajar langsung praktek, kalau di sini hanya kasih tugas satu nomor langsung kerja, kami jenuh," ungkap Yufinti yang saat ini duduk di bangku kelas VI SDK Bawalatang.

Baca juga: Telkomsel Bali Nusra Bantu Warga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi

Sementara orang tua murid, Paulina Penu Rotan (32), mengatakan alat belajar yang paling dibutuhkan yaitu buku bacaan dan alat tulis. Terkadang, para siswa belajar dengan satu buku sehingga mereka saling berebutan.

Meski begitu, Paulina sedikit legah karena ada relawan guru selalu memberikan perhatian untuk anak-anak di posko pengungsian, meski dengan fasilitas seadanya.

"Yang paling dibutuhkan itu alat tulis, buku untuk baca, dengan materi yang lebih banyak," katanya.*

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved