Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Sabtu 20 Januari 2024, Ia Tidak Waras Lagi

Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 20 Januari 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Ia Tidak Waras Lagi.

Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-ARJAN
RENUNGAN HARIAN KATOLIK - Gereja Katolik Yesus Kerahiman Ilahi, Aeramo di Kabupaten Nagekeo.Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 20 Januari 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Ia Tidak Waras Lagi. 

Oleh: Br. Pio Hayon, SVD

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 20 Januari 2024.

Tema renungan harian katolik yaitu Ia Tidak Waras Lagi.

Renungan harian katolik disusun oleh Br. Pio Hayon, SVD. 

Hari ini Sabtu, Hari Biasa Pekan II dengan warna liturgi hijau.

Baca juga: Bacaan Injil Katolik Hari Ini Sabtu 20 Januari 2024 Hari Biasa II


 
Bacaan hari ini: Bacaan I: 2 Sam. 1: 1-4.11-12.19.23-27 dan Injil : Mrk. 3: 20-21

“Ia tidak waras lagi”
  
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Setiap orang memiliki karakter dan sifat-sifat yang dapat muncul sebagai salah satu ciri khas dari seseorang. Orang akan mengenali kita lewat karakter juga sifat-sifat kita yang ditunjukkan saat berinteraksi dengan orang lain. Namun perlu juga diketahui bahwa setiap karakter atau sifat-sifat yang tampak pada diri seseorang ada yang bersifat tetap tapi ada yang bisa bersifat sementara saja sebagai sebuah bentuk reaksi dari suatu peristiwa yang dialaminya. Maka apa yang tampak belum tentu bisa mewakili semua tentang sifat dan kepribadian seseorang. Karena manusia itu selalu bersifat dinamis.


Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Di akhir pekan ini kita disodorkan inspirasi kitab suci yang kita renungkan dan refleksikan pada hari ini. Dalam kisah Daud pada bacaan pertama terlihat jelas betapa Tuhan akan selalu mendampingi semua orang yang selalu mengandalkan Tuhan. Dikisahkan bahwa Saul dan anaknya Yonatan mati di medan perang dan Daud menangis karena berita duka ini. Walaupun Daud selalu mendapat perlakuan tidak baik dari Saul bahkan hendak membunuhnya, Daud tetap saja mencitai mereka.

Pandangan negatif Saul tentang Daud tidak menyurutkan rasa cinta dan belaskasihnya kepada Saul dan Yonatan yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Kita memang gampang sekali menaruh prasangka atau bahkan membangun pandangan negatif dan menghakimi orang lain walaupun itu hanya ciptaan kita sendiri dan bukan sebuah kenyataan.

Semua itu terlahir karena ego kita yang selalu menuntun pola pikir, cara berbicara, pola tingkah laku kita sedemikian rupa sampai yang paling benar adalah kita dan orang lain selalu menjadi obyek kesalahan yang sebenarnya tidak ada tapi diciptakan oleh pemikiran semu kita yang dimotivasi oleh gejolak emosional ego kita sendiri. Hal yang sama dialami oleh Yesus. Dalam injil hari ini, Yesus mendapat cap atau label dari keluargaNya sendiri : “Ia tidak waras lagi”.

Kaum keluarganya membangun satu pandangan atau konsep bahkan telah menghakimi Yesus dengan satu label negatif. Label ini diberikan karena mereka “melihat” Yesus dan murid-muridNya yang sangat aktif dalam melayani begitu banyak orang sampai mereka tak sempat mengurus diri mereka sendiri entah makan atau minum atau beristirahat sejenak. Tindakan yang dilakukan oleh Yesus dan para muridNya ini “memberi kesan” negatif dari keluargaNya. Bagi mereka tindakan yang dilakukan oleh Yesus dan para muridNya itu tidak lazim dan di luar kebiasaan masyarakat setempat. Mereka sebenarnya masih sangat kental memegang tradisi dan budaya orang-orang Yahudi yang sangat kental dengan hal-hal keagamaan yang telah ditradisikan dan yang dianggap benar. Dari konteks inilah, konsep negatif tentang Yesus itu terbangun dengan sendirinya. Ada banyak orang di sekitar kita yang telah berbuat banyak atau mungkin juga telah melakukan hal-hal baik tapi “dianggap” bertentangan dengan tradisi atau budaya yang telah hidup selama bertahun-tahun dan lebih parah lagi semua hal itu diakui sebagai sebuah kebenaran mutlak.

Dan yang lebih parah lagi, yang memberi pandangan atau konsep itu datang dari keluarga kita sendiri atau orang dekat kita sendiri. Kita lalu menjadi terpecah belah hanya karena satu pandangan yang sudah kita ciptakan sendiri bagi orang lain atau bahkan keluarga kita sendiri. Itulah kita. Kecenderungan kita adalah terlalu cepat membangun konsep negatif atau label tertentu tentang orang lain dari apa yang tampak saja tanpa mengetahui detail tentang latarbelakang atau alasan orang lain melakukan sesuatu. Kecenderungan seperti itu lahir dari egoisme diri kita yang terlalu kuat menguasai diri kita. Kita menjadi pusat kebenaran dan kebaikan dan di luar kita, orang lain hanya sebagai obyek label kita. Maka marilah kita belajar dari Daud dan Yesus. Mereka bahkan telah diberi label dan konsep negatif apapun, mereka tetap berbuat baik tanpa membalasnya. Mereka tetap membangun konsep yang positif bagi orang lain bahkan siap menjadi korban bagi keselamatan orang lain.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus 

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved