Pengungsi Lewotobi Meninggal

Ratapan Biarawati, Makamkan Ibunda dalam Suasana Erupsi Gunung Lewotobi

Air mata Sr. Ursula Bura Bukan, SSpS terus mengalir saat mengantar ibu kandungnya, Maria Pene Hayon (58)

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Warga melayat jenazah Maria Pene Hayon, seorang pengungsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Jumat, 26 Januari 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Air mata Sr. Ursula Bura Bukan, SSpS terus mengalir saat mengantar ibu kandungnya, Maria Pene Hayon (58) menuju perkuburan umum di Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, Jumat, 26 Januari 2024 petang.

Ursula membawakan doa penghormatan di hadapan ibunda yang terbaring kaku dalam peti berwarna putih. Anak kedua dari empat bersaudara ini datang bersama para biarawati SSpS Hokeng.

Upacara duka hingga pemakaman Maria Pene Hayon berlangsung cepat karena masih dalam suasana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki berstatus Level IV (Awas).

Jumlah pelayat berkisar puluhan orang, tidak sebanyak sidang duka umumnya. Dari rumah duka, wajah Gunung Lewotobi tampak dibalut kabut awan tebal dan gas vulkanik.

 

Baca juga: BREAKING NEWS : Sakit Gangguan Pernapasan, Pengungsi Gunung Lewotobi Meninggal Dunia

 

 

 

 

Sejak dua pekan terakhir, Maria Peni Hayon mengungsi di Posko Desa Konga, Kecamatan Titehena. Ia menempati tenda darurat bantuan pemerintah selama seminggu, namun pindah ke rumah keluarganya, Agustinus Riwu Sogen karena masalah kesehatan.

Anak sulungnya, Philipus Wato Bukan, mengatakan ibunya mengidap komplikasi. Kendati masuk kelompok rentan bencana, namun ibu empat anak itu baru dipindahkan saat penyakitnya kambuh dan kian memburuk.

"Mama mengungsi ke Konga sejak erupsi. Sakitnya semakin bertambah, jadi kami bawa ke rumah keluarga yang ada di Konga juga," katanya.

Pada tanggal 21 Januari 2024, kondisi Maria tak kunjung membaik. Keluarga membawanya ke Rumah Sakit Santo Gabriel Kewapante di Maumere, Kabupaten Sikka.

Empat hari mendapatkan pertolongan medis, nyawa istri mendiang Bernadus Bukan ini tak bisa diselamatkan. Maria menghembuskan napas terkahir sekira pukul 23.00 Wita di usai 58 tahun lebih 10 bulan.

Berdasarkan keterangan dokter, jantung Maria mengalami pembengkakan, termasuk sakit ispa hingga memicu komplikasi.

"Mama memang sakit sudah lama sekali, apa lagi tambah erupsi ini bikin penyakitnya makin bertambah," ujar Philipus.

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

 

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved