Berita Lembata

Berapa Usia Harapan Hidup Orang Lembata, Ini Datanya

Kepala Dinas Sosial, Pengendalikan Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lembata, Markus Labi Waleng menyebutkan usia harapan hidup

Penulis: Ricko Wawo | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/RICKO WAWO
Acara edukasi dan demonstrasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang diselenggarakan oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kabupaten Lembata di desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, Sabtu, 3 Februari 2024 

Laporan Reporter Tribun Flores.Com, Ricko Wawo

TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Kepala Dinas Sosial, Pengendalikan Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lembata, Markus Labi Waleng menyebutkan usia harapan hidup orang Lembata adalah 67,5 tahun.

Menurut dia, usia ini cukup panjang dan ini juga bergantung pada kebutuhan gizi masyarakat Lembata.

Hal ini diutarakannya saat membuka acara edukasi dan demonstrasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang diselenggarakan oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kabupaten Lembata di desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, Sabtu, 3 Februari 2024.

Menurut dia, kebutuhan gizi masyarakat harus tercukupi apalagi untuk anak-anak. Hal ini penting supaya anak-anak tidak menderita gizi buruk dan tengkes (stunting). Maka dari itu, para ahli gizi di Lembata punya tanggung jawab besar mengedukasi masyarakat tentang kebutuhan gizi anak-anak.

 

Baca juga: Bacaan-bacaan Liturgi Senin 5 Februari 2024, Peringatan Wajib Sta. Agata, Martir

 

 

 

“Apa yang dilakukan Ahli gizi beri dampak besar sekali untuk kualitas hidup masyarakat Lembata,” ungkap Markus.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata Rosadelima Tuto juga sepakat gizi yang tercukupi dengan baik sedari kecil berdampak pada usia harapan hidup masyarakat Lembata. Senada dengan Markus, dia berharap para ahli gizi juga lebih giat lagi memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebutuhan gizi harian, khususnya untuk anak-anak.

Persagi Lembata melaporkan kasus tengkes atau stunting dapat terjadi sejak sebelum lahir. Hal ini dapat terlihat dari prevelensi stunting berdasarkan kelompok usia hasil SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) pada 2022, di mana terdapat 18,5 persen bayi dilahirkan dengan panjang badan kurang dari 48 cm.

“Dari data tersebut kita dapat melihat pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil,” tulis laporan tersebut.

Persagi Lembata menyebutkan hasil yang cukup memprihatinkan dari survei yang sama adalah risiko terjadinya stunting meningkat sebesar 1,6 kali dari kelompok umur 6-11 bulan ke kelompok umur 12-23 bulan (13,7 persen ke 22,4 persen).

Hal ini menunjukkan kegagalan dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan, baik dari segi kesesuaian umur, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi makanan.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved