Kasus ASF di Sikka
Kasus ASF di Sikka, Babi Mati Bertambah Jadi 77 Ekor
Kasus ASF melanda kabupaten Sikka. Sudah puluhan ekor babi di Sika mati mendadak. Dinas terkait terus memantau perkembangan terbaru.
Penulis: Arnol Welianto | Editor: Gordy Donovan
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), melaporkan kasus kematian babi akibat terserang Virus African Swine Fever (ASF) atau penyakit babi terus bertambah.
Hingga 6 Februari 2024 terdapat 77 ekor babi mati mendadak akibat terserang Virus African Swine Fever (ASF) atau penyakit babi.
Kadis Pertanian Sikka, Yohanes Emil Satriawan mengatakan kasus kematian babi akibat terserang Virus African Swine Fever (ASF) atau penyakit babi bertambah menjadi 77 ekor.
"Laporan kasus tanggal 31 Januari sebanyak 74 ekor dan update laporan per tanggal 6 Februari 2024 tambah 3 ekor yang mati jadi total 77 ekor,"katanya Jumat 9 Februari 2024.
Baca juga: Wabah ASF Merebak di Sikka, Kades Nita Himbau Peternak Babi Waspada
Kata dia, penambah kasus ini setelah 3 ekor babi dilaporkan mati akibat ASF yang tersebar di Desa Baokremot, Nita dan Koting C.
"Ada penambahan kasus dari Desa Baokremot mati 1 ekor, Desa Nita mati 1 ekor dan Desa Koting C mati 1 ekor," ujarnya
Dia juga mengimbau ketika ada babi sakit segera melaporkan kepada petugas di tingkat desa, kecamatan, atau Dinas Pertanian Kabupaten Sikka.
" Apabila ada ternak sakit, segera dipisahkan atau diisolasi dan dilaukan sterilisasi
kandang dan peralatannya dan Desinfeksi kandang dan peralatan menggunakan desinfektan dan segera melaporkan kepada petugas di tingkat desa, kecamatan, atau Dinas Pertanian Kabupaten Sikka untuk ditangani secara cepat,"katanya.
Baca juga: Bahaya ASF, Ternak Babi Luar Daerah Dilarang Masuk Flores Timur
Kata dia, Jika ada ternak yang mati, segera dikubur tidak boleh dipotong dan diedarkan kepada masyarakat dan selalu menjaga kebersihan kandang untuk mencegah masuknya vaktor penyakit ke
dalam kandang.
Selain itu, Kandang yang pernah ditempati oleh ternak yang sakit atau mati harus didesinfeksi dan dibiarkan kosong selama paling sedikit 30 hari sebelum memasukan ternak yang baru.
" Untuk para para peternak tidak perlu panik, yang paling penting adalah tingkatkan biosecurity," ujarnya
Ia menambahkan , petugas lapangan telah lama memberikan himbauan dan sosialisasi kepada peternak dan masyarakat tentang bahaya dan upaya pencegahan virus ASF.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.