Wisata NTT

4 Cagar Budaya dan 2 Museum di Flores NTT, Tempat Wisata yang Dikunjungi Selain Pantai

Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beberapa cagar budaya nasional dan museum bersejarah.

Penulis: Cristin Adal | Editor: Cristin Adal
ISTIMEWA
Gedung Gereja Tua Sikka yang telah berusia satu abad lebih di Desa Sikka, Kabupaten Sikka, Pulau Flores. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beberapa cagar budaya nasional dan museum yang kaya akan sejarah.

Setidaknya terdapat empat cagar budaya nasional dan museum yang menjadi tempat wisata sejarah di Flores, NTT.

Tempat wisata cagar budaya dan museum ini bisa menjadi destinasi wisata pilihan selain wisata alam seperti pantai, danau atau gunung di Flores, NTT.

Berikut destinasi cagar budaya dan museum di NTT yang wajib dikunjungi saat ke Pulau Flores;

Baca juga: Surga Tersembunyi, Ini 4 Tempat Wisata di Flores NTT dengan Pesona Memukau

 

 

1. Gereja Tua Sikka

Gereja Santo Ignatius Loyola berada di pesisir pantai selatan Pulau Flores, tepatnya di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka. Gereja ini gunakan pertama kali pada 24 Desember 1899 dan kini telah berusia dari 124 tahun.

Gereja Katolik tertua yang berusia lebih dari 100 tahun ini salah satu bangunan bersejarah menjasi cagar budaya nasional. Gereja berukuran 47 meter dan lebar 12 meter ini masih kokoh hingga kini dan menjadi tempat ibadat umat Katolik di Kampung Sikka.

Gedung Gereja Tua Sikka yang telah berusia satu abad lebih di Desa Sikka, Kabupaten Sikka, Pulau Flores.
Gedung Gereja Tua Sikka yang telah berusia satu abad lebih di Desa Sikka, Kabupaten Sikka, Pulau Flores. (ISTIMEWA)

 

Bangunan Gereja Tua Sikka sangat eksotis, arsitektur bangunan gereja dengan sentuhan budaya Eropa dan budaya setempat, mengikuti gaya Renaisans dan Barok yang berkembang di daratan Eropa.

Adapula ukiran khas tenun ikat Sikka bermotif Wenda terlihat pada dinding Gereja tersebut. Motif pada dinding ada sejak pertama kali gereja digunakan untuk misa malam Natal 24 Desember 1899.

Rancangan bangunan gereja tua ini juga hasil sentuhan arsitek, Pastor Antonius Dijkmans, yang turut mendesain Gereja Katedral Jakarta. Selain mengadopsi sentuhan Eropa, arsitek juga mengadopsi budaya lokal setempat.

2. Rumah Pengasingan Bung Karno

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Pulau Flores sejak 1934 hingga 1938. Ende merupakan satu dari tujuh lokasi pengasingannya di Indonesia.

Rumah pengasingan sang tokoh proklamator ini berada di jantung Kota Ende, Jalan Perwira, Kelurahan Kota Raja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

RUMAH BUNG KARNO- Rumah pengasingan Bung Karno, di Kabupaten Ende, (26/12/2023).
RUMAH BUNG KARNO- Rumah pengasingan Bung Karno, di Kabupaten Ende, (26/12/2023). (TRIBUNFLORES.COM / KRISTIN ADAL)

 

Letaknya pun sangat strategis sehingga mudah untuk berkunjung menyambangi rumah sederhana Bung Karno dan keluarganya semasa pengasingan.

Rumah ini sudah renovasi sejak 2012 lalu tanpa mengubah bentuk awal rumah Bung Karno. Halaman depan rumah ini cukup luas dan asri. Di halaman ini patung Bung Karno tampak berdiri tegak menghadap utara dengan tongkat di tangan kirinya.

3. Liang Bua

Liang Bua merupakan salah satu situs gua yang terletak di daerah perbukitan karts di wilayah Kabupaten Manggarai, Flores NTT.

Secara geografis, lokasinya kurang lebih 15 kilometer di sebelah utara Kota Ruteng, Ibu kota Kabupaten Manggarai. Berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.

GOA ALAM- Goa Batu Cermin di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
GOA ALAM- Goa Batu Cermin di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. (TRIBUNFLORES.COM/HO-KEMENPAREKRAF)

 

Liang bua menjadi tempat wisata andalan di Kabupaten Manggarai. Gua Liang Bua berada di Dusun Golo Manuk, Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai. Nama “Liang Bua” berasal dari Bahasa Manggarai-Flores. “Liang” memiliki arti gua dan “bua” berarti dingin, jadi Liang Bua dapat diartikan “gua yang dingin”.

Dilihat dari morfologinya, Liang Bua memang memiliki ciri sebagai hunian pada masa prasejarah. Hal tersebut terlihat dari ukuran gua yang dalam dan lebar dan atap yang tinggi, serta lantai gua yang luas dan relaif datar.

4. Kampung Adat Wae Rebo

Terletak di ketinggian 1100 meter di atas permukaan air laut. Orang-orang kerap menyebut kampung di atas awan. Memiliki rumah adat yang unik disebut Mbaru Niang yang mengandung filosfi kehidupan masyarakat Manggarai.

PESONA- Kampung tradisional Wae Rebo di Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur
PESONA- Kampung tradisional Wae Rebo di Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (TRIBUNFLORES.COM/HO-YOHAN HAPDIJAYA)

 

Desa tradisional Wae Rebo di distrik Manggarai di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, telah menerima Top Award of Excellence dari UNESCO dalam Penghargaan Warisan Asia Pasifik UNESCO 2012, yang diumumkan di Bangkok pada 27 Agustus 2012.

Rumah adat ini tinggi dan berbentuk kerucut.Yang pertama ada yang paling umum di kenali wisatawan adalah Waerebo di Kabupaten Manggarai. Berada di atas ketinggian, kampung ini sering tertutup kabut dan udaranya sangat dingin.

Terdapat 7 rumah utama atau Mbaru Niang di Wae Rebo yang melingkari batu yang tersusun rapi di tengan kampung dan dalam bahasa Manggarai disebut sebagai compang. Compang atau altar ini sebagai pusat aktivitas masyarakat untuk meletakan sesajian atau persembahan kepada leluhur.

Museum

1. Museum Bikon Blewut

Museum Bikon Blewut berada di Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka. Jarak dari Kota Maumere menuju museum sekitar 9 kilometer dan dapat ditempuh selama 20 menit menggunakan kendaraan.

Museum ini satu-satunya museum terbesar di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Menyimpan benda-benda peninggalan dari zaman Paleolitikum (zaman batu tua) dan koleksi alat seni-budaya zaman perunggu masyarakat Flores.

WISATA MUSEUM - Museum Blikon Blewut Berada di Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka. Jaraknya dari Kota Maumere sekitar, 9 KM, ditempuh selama 20 menit (gunakan kendaraan).
WISATA MUSEUM - Museum Blikon Blewut Berada di Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka. Jaraknya dari Kota Maumere sekitar, 9 KM, ditempuh selama 20 menit (gunakan kendaraan). (TRIBUNFLORES.COM /NOFRI FUKA)

 

Di dalam museum terdapat etalase kaca yang menyimpan rapih fosil manusia purba Flores, alat kebudayaan dan kesenian Dongson, fosil gajah purba Flores, rangka utuh jenis tikus besar di Flores, mata uang kertas dan logam beberapa negara dari zaman ke zaman, porselen dari China, moko terbuat dari perunggu dan benda-benda lainny

2. Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Menjadi rumah museum pada 1951, dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Bung Karno mengunjungi rumah tempat pengasingannya di Ende.

RUMAH PENGASINGAN- Kamar Bung Karno dan Inggit di Rumah Pengasingan Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
RUMAH PENGASINGAN- Kamar Bung Karno dan Inggit di Rumah Pengasingan Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. (TRIBUNFLORES.COM / KRISTIN ADAL)

 

Mengutip situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Bung karno yang kala itu telah menjabat sebagai Presiden RI, bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyampaikan niatnya agar rumah pengasingan itu dijadikan museum.

RUMAH PENGASINGAN-
RUMAH PENGASINGAN- Biola Bung Karno di Rumah Pengasingan Ende, Flores, NTT. (TRIBUNFLORES.COM / KRISTIN ADAL)

 

Kemudian, pada kunjungan keduanya 16 Mei 1954, Bung Karno akhirnya meresmikan rumah tersebut sebagai rumah museum.

Berita wisata Tribunflores.com lainnya di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved