Pengiris Moke di Sikka

Kisah Moan Sukarno, Pengiris Moke di Sikka Sehari Panjat 21 Pohon Lontar

Sudah 20 tahun lamanya Karianus Usman Sukarno, warga Desa Lepolima, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka berprofesi sebagai pengiris moke

Penulis: Hilarius Ninu | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/ARIS NINU
Karianus Usman Sukarno Biasa Disapa Moan, Pengiris moke yang setiap hari panjat 21 pohon lontar. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Aris Ninu

TRIBUNFLORES.COM,MAUMERE-Sudah 20 tahun lamanya Karianus Usman Sukarno, warga Desa Lepolima, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka berprofesi sebagai pengiris moke di pohon lontar.

Selain sebagai pengiris moke, pria sering disapa Moan Sukarno ini juga memasak moke alias minuman tradisional khas Sikka.

Setiap pagi sebelum matahari terbit dari ufuk timur dan terbenam di ufuk barat menjelang malam hari Moan sudah memanjat pohon lontar mengambil air nira.

Ia memanjat pohon lontar pagi dan sore. Pohon lontar yang ia panjat telah diikat pakai bambu di bagian lontarnya sebagai tangga naik ke atas.

 

 

Baca juga: Intip Produk Lokal Minuman Khas Maumere Moke Ganteng dari Nelle

 

 

 

 

Pagi dan sore pohon lontar yang ia panjat ada 21 pohon. Pagi panjat 21 pohon lalu sore pun demikian.

"Semua pohon lontar saya ada 21 pohon. Saya pagi dan sore harus panjat semua. Pagi saya ambil airnya dan sore saya naik lagi untuk iris biar paginya bisa ada air. Setiap pagi harus panjat 21 pohon termasuk sore. Pohon lontar yang saya panjat ini milik orang yang berada di kebun," kata pria dua anak yang ditemui di kebun warga Ilegetang, Maumere, Jumat, 12 April 2024 sore.

Ia mengisahkan, pohon lontar yang ia iris dan ambil air niranya sudah dikontrak dengan pemiliknya. Pasalnya, lontar yang tumbuh itu berada di kebun warga.

"Saya lapor pemilik kebun yang ada pohon lontar untuk iris air niranya setiap hari. Saya kerja seperti ini sudah 20 tahun," papar Moan Sukarno.

Sore itu ketika ditemui Moan Sukarno baru memanjat 7 pohon dan sisa 11 pohon yang harus ia panjat.

"Saya harus panjat semua. Saya baru panjat 7 dan sisa 11 pohon. Pagi saya naik ambil airnya lalu sore saya naik lagi iris," ujar Moan Sukarno.

Ia mengungkapkan, satu pohon lontar bisa menghabiskan lima liter atau bahkan lebih.

"Satu pohon dapat lima liter. Semua airnya saya bawa ke pondok lalu saya olah jadi minuman keras alias moke. Saya masak di pondok," ungkapnya.

Baginya, pekerjaan sebagai pengiris dan pemasak moke sangat membantu ekonomi keluarga.

Maka itu, setiap pagi dan sore ia tidak lupa naik dan turun dari pohon lontar sebagai sumber mata pencahariannya.(ris)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved