Breaking News

Kasus ASF di TTU

Babi Mati Mendadak di TTU, Kadis Peternakan Pastikan: Belum Ada Sampel

Pada tahun 2021 lalu, Dinas Peternakan Kabupaten TTU mengirimkan beberapa sampel untuk dilakukan uji di laboratorium.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
ASF- Ternak babi milik salah satu warga Kabupaten Flores Timur.Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi menyebut, hingga saat ini pihaknya belum mengirimkan sampel ternak babi mati diduga tertular African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium. 

Margareta mengaku mengalami kerugian yang luar biasa akibat kasus kematian ternak babi yang dialaminya. Kerugian diperkirakan mencapai 100.000.000.

Sebanyak 13 ekor ternak babi berukuran besar dengan taksasi harga mencapai Rp. 5.000.000 mati dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Selain itu, sebanyak 16 ekor ternak babi dengan taksasi harga Rp. 1. 500.000 juga mati mendadak setelah nafsu makan menurun.

Sebagai seorang peternak babi, kata Margareta, dirinya baru pertama kali mengalami musibah kematian ternak babi dalam jumlah fantastis pada tahun 2024 ini.

Sementara itu, Kabid Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Kabupaten TTU, drh Stefanus Tenis mengatakan, Dinas Peternakan Kabupaten TTU saat ini sudah menyediakan stok disinfektan untuk mencegah virus ASF.

Perihal penyaluran disinfektan dari Disnak TTU, lanjutnya, Disnak sudah menginformasikan hal ini kepada kepala resort peternakan di tingkat kecamatan agar mereka bisa mengambil disinfektan yang disiapkan Disnak TTU untuk didistribusikan kepada peternak babi.

Baca juga: ASF Ancam Populasi Babi, Pemda Flores Timur Diminta Proaktit, Tak Sekadar Imbau

Dalam upaya menindaklanjuti hal ini, Sekretaris Daerah TTU telah mengeluarkan surat imbauan agar camat, pemerintah desa desa dan peternak waspada serta antisipasi terhadap penyakit ASF.

Menurutnya, menjadi momok bagi Dinas Peternakan TTU. Pasalnya belum ditemukan vaksin dan obat untuk mengatasi penyakit yang menyerang ternak babi ini. Oleh karena itu, penerapan biosekuriti bisa dilakukan oleh peternak untuk mencegah penularan Virus ASF ini.

Selain itu, Kepala Resort peternakan di lapangan bisa memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Hal ini dimaksudkan agar peternak mengetahui KIE tersebut.

Ia juga mengimbau agar para peternak babi mesti menjaga Biosekuriti dimana peternak mesti menjaga agar lingkungan dan ternak babi miliknya tidak dikunjungi oleh pihak dari luar.

Apabila ditemukan kasus kematian ternak babi lagi maka, Veterainer TTU akan mengambil sampel pada babi yang mati untuk dikirim ke Veterainer Laboratorium Denpasar melalui UPTD Laboratorium di Kupang. (*)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved