Gunung Lewotobi Erupsi

Kisah Albertus, Lansia Tunanetra Menanti Bantuan di Kaki Gunung Lewotobi Flores Timur

Sudah tiga pekan Albertus menghirup aroma belerang. Halaman rumahnya di Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, dikepung abu tebal.

|
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
CERITA - Seorang pria tunatetra atau buta mata, Albertus Kedang saat bercerita di rumahnya di Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Flores Timur, Rabu, 19 Juni 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Albertus Ama Kedang (73) duduk termenung di depan rumahnya saat hari mulai petang, Rabu, 19 Juni 2024.

Meski tak bisa melihat keadaan sekitar, namun pria tunanetra ini menyadari bahwa mereka sedang tak baik-baik saja.

Sudah tiga pekan Albertus menghirup aroma belerang. Halaman rumahnya di Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, dikepung abu tebal hingga ruas Jalan Trans Flores Larantuka-Maumere.

Kadang kala istrinya, Maria Mono Ema (64), memapahnya keliling halaman karena suntuk jika seharian dalam rumah. Selain tak melihat, Albertus juga sulit berjalan karena kakinya yang telah rentah.

Baca juga: 8 Desa Terdampak Abu Vulkanik Lewotobi di Flores Timur Dapat Bantuan Air Bersih

 

Saat Gunung Lewotobi Laki-laki memuntahkan abu vulkanik, Albertus langsung dibawa ke dalam rumah agar terhindar dari bahaya hujan abu yang kerap bergerak mengikuti arah angin ke barat dan barat daya.

Rumahnya sangat dekat dengan Gunung Lewotobi Laki-laki berstatus Level III (Siaga). Jaraknya berkisar antara 3,8 kilometer sampai 4 kilometer. Meski rentan terhadap bencana, namun mereka belum mengungsi.

Tinggal di kaki Gunung Lewotobi yang masuk dalam kawasan rawan dan selalu dilanda hujan abu bikin Albertus khawatir. Kemudian krisis air bersih hingga sayuran yang tak bisa dikonsumsi.

Albertus berharap Pemerintah Kabupaten Flores Timur meringankan penderitaan warga yang hingga kini menanti sentuhan perhatian.

"Pernah datang (Penjabat Bupati Flores Timur) kasih kami masker. Setelah itu tidak ada lagi yang lihat kami punya kondisi," ujar Lambertus saat duduk bersama anak kandungnya, Andreas Kedang (43).

Andreas Kedang setiap hari merogoh kocek Rp 15.000 sampai Rp 30.000 demi membeli air bersih untuk kebutuhan minum, mandi, dan mencuci.

Saking kesulitan air, anggota keluarga di dua rumah ini harus berhemat. Sebab masih ada kebutuhan hidup lainnya, sementara tanaman belum bisa dimanfaatkan untuk makan.

Baca juga: Warga Lereng Gunung Lewotobi Krisis Air Bersih, BPBP Flotim Salurkan Air Bersih

"Sehari beli air satu drom harganya Rp 15 ribu. Pakai harus hemat. Kami sudah alamai krisis air sejak lama, sebelum erupsi," katanya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Flores Timur, Avelina Hallan, mengatakan saat ini pihaknya menyalurkan bantuan air bersih dengan mengerahkan dua mobil tangki milik BPBD dan Bagian Umum.

"Kalau belum cukup memenuhi kebutuhan warga, kita kerahkan lagi dua mobil tangki. Desa-desa terdampak akan dapat air bersih secara merata," katanya.

Mobil tangki sejak siang hingga sore telah mendistribusikan air bersih ke Desa Klatanlo dan Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved