Berita Flores Timur

Pengungsi Gunung Lewotobi Kembali ke Kampung untuk Panen Sisa-sisa Kelapa di Kebun

Di tengah status siaga , penyintas yakni beberapa kelompok pemuda nekat pergi ke kebun yang terpaut dekat dengan Lewotobi Laki-laki.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
AKTIVITAS PENYINTAS-Warga penyintas erupsi Gunung Lewotobi saat beraktivitas di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang. Gambar diambil pada 10 Agustus 2025. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Menyusul penurunan status Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi siaga, penyintas bencana erupsi gunung itu yang berada di posko pengungsi, mulai pulang ke kampung untuk berkebun.

Aktivitas erupsi dan kegempaan cenderung menurun. Sebelumnya, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menurunkan status Gunung Lewotobi Laki-laki dari level IV awas ke level III siaga pada Minggu (10/8/2025) lalu.

Di tengah status siaga ini, penyintas yakni beberapa kelompok pemuda nekat pergi ke kebun yang terpaut dekat dengan Lewotobi Laki-laki. Aktivitas ini terlihat hampir sepekan terakhir, hingga Jumat (15/08/25). 

Penyintas sewaktu-waktu juga beraktivitas saat status gunung itu masih aswas. Ini semata-mata demi biaya pendidikan anak-anaknya. Mereka memanen kelapa, kemudian dijadikan kopra. 

 

Baca juga: Penyintas Gunung Lewotobi Manfaatkan Lahan Tidur untuk Budidaya Hortikultura hingga Ikan Air Tawar

 

 

 

 

Harga komoditi andalan warga Kecamatan Ile Bura dan Wulanggitang saat ini masih tinggi, Rp 17.000 sampai Rp 18.000 per kilogram.

Yang menyayat hati, populasi buah kelapa berkurang. Selain dicuri orang tak dikenal, tak ada mayang yang tumbuh di tandan kelala. Petani kewalahan. Krisis pendapatan di sektor ini sudah berada di depan mata.

"Tidak ada buah lagi, kami datang hanya panen yang sisa-sisa. Banyak yang sudah curi, tempo hari pernah diurus masalah pencurian. Banyak yang ambil tapi pemilik kebun tidak tahu," ujar seorang penyintas, ditemui saat baru pulang dari Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang.

Selain memanen sisa-sisa hasil bumi, mereka juga menengok rumah yang kebanyakan rusak berat. Atap bocor. Material vulkanik merangsek ke dalam rumah. Tembok yang mulanya cantik dengan warna cat kini berubah debu.

 

Baca juga: BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem hingga Karhutla 15-21 Agustus 2025 di Wilayah Indonesia

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved