Kasus ASF di TTU

Kadis Peternakan Ungkap Sebaran Kasus ASF di Timor Tengah Utara

Penyemprotan disinfektan dilakukan apabila Dinas Peternakan menerima laporan kasus kematian ternak babi.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/DOC TRIBUN
Ilustrasi babi mati akibat ASF. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi memberikan penjelasan perihal peta sebaran Kasus African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika di Kabupaten TTU, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, saat ini ASF telah menyebar pada 9 kecamatan dan 33 desa di Kabupaten TTU. Dengan total kematian ternak babi sebanyak 658 ekor. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi memberikan penjelasan perihal peta sebaran Kasus African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika di Kabupaten TTU, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurutnya, saat ini ASF telah menyebar pada 9 kecamatan dan 33 desa di Kabupaten TTU. Dengan total kematian ternak babi sebanyak 658 ekor.

"Kecamatan Kota Kefamenanu, Insana Utara, Kecamatan Musi, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Insana Fafinesu, Kecamatan Noemuti Timur, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Nilulat dan Miomaffo Barat," ujarnya Selasa, 25 Juni 2024.

Baca juga: Gegara Debat Soal HP Pria di TTU Aniaya Seorang Warga, Kini Polisi Serahkan TSK ke Kejari

Mengingat belum ditemukan vaksin atas virus ini maka, Dinas Peternakan Kabupaten TTU memberikan sosialisasi perihal Biosekuriti dan juga penyemprotan disinfektan di kandang. Biosekuriti ini dilakukan pasca mereka menerima laporan dari masyarakat.

Di sisi lain, mereka juga getol melakukan edukasi mengenai penanganan terhadap kasus babi yang mati. Apabila ternak babi mati dan dibuang sembarangan, hal ini akan mempercepat penyebaran ASF.

Penyemprotan disinfektan dilakukan apabila Dinas Peternakan menerima laporan kasus kematian ternak babi.

Apabila petugas Dinas Peternakan melakukan penyemprotan dari desa ke desa, dikhawatirkan ASF akan menyebar dari kandang yang tercemar ke kandang yang belum tercemar.

"Jadi kita lebih cenderung, ketika mereka melapor kita bagikan ke kepala resort di kecamatan, lalu peternak dan kepala resort melakukan penyemprotan disinfektan," ungkapnya.

Trimeldus menegaskan bahwa, kasus kematian ternak babi akibat ASF paling banyak terjadi di Kecamatan Kota Kefamenanu. Sebanyak 457 ekor ternak babi di Kecamatan Kota Kefamenanu mati diduga tertular ASF. Jumlah kematian ternak babi terbanyak kedua tercatat di Kecamatan Biboki Anleu sebanyak 55 ekor.

Trimeldus mengklaim pada Bulan Juni, jumlah kasus ASF cenderung menurun. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah kasus ASF pada Bulan Mei 2024 lalu.

Sebelumnya, pada Sabtu, 1 Juni 2024 lalu, Direktur Lembaga Anti Kekerasan Masyarakat Sipil (LAKMAS) Cendana Wangi (CW) NTT, Victor Manbait meminta Bupati Timor Tengah Utara, Drs. Juandi David dan Wakil Bupati TTU, Drs. Eusabius Binsasi untuk segera mengambil tindakan atas maraknya fenomena kematian ternak babi milik warga di Kabupaten TTU.

Pernyataan ini disampaikan Victor menyikapi penjelasan Kadis Peternakan Kabupaten TTU yang mengatakan bahwa dinas terkait belum mengirim sampel ternak babi mati untuk diuji di laboratorium.

"Yang terhormat bapa Bupati dan Wakil Bupati agar memberikan perhatian serius soal (kasus kematian ternak babi) ini," ungkap Victor.

Menurutnya, fenomena kematian ternak babi yang maraknya terjadi tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Pasalnya, ternak babi adalah ternak budaya dan ekonomi.

Dikatakan Victor, ternak babi sangat membantu menunjang ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat di pedesaan di seluruh wilayah Kabupaten TTU. (*)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved