Nelayan di Labuan Bajo

Cerita Aco Nelayan di Labuan Bajo, Terombang-ambing di Laut Pulau Padar Lindung 2 Anaknya

Aco berjuang keras menyelamatkan nyawa dua putranya saat perahu yang ditumpangi tenggelam dihantam gelombang di Selat Lintah Pulau Padar.

|
Penulis: Berto Kalu | Editor: Cristin Adal
TRIBUN-FLORES.COM/BERTO KALU
NELAYAN- Aco (37) nelayan di Labuan Bajo yang melakukan aksi heroik menyelematkan dua putranya di tengah lautan pada Minggu, 30 Juni 2024. Foto ini dipotret oleh seorang fotografer dan tour guide Labuan Bajo, Irvan. 

Laporan Reporter Tribun Flores, Berto Kalu

TRIBUNFLORES,COM, LABUAN BAJO- Aco berjuang keras menyelamatkan nyawa dua putranya saat perahu yang mereka tumpangi terbalik lalu tenggelam akibat dihantam gelombang di perairan Selat Lintah, Pulau Padar, kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, Labuan Bajo, NTT.

Aski heroik warga Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat itu viral di media sosial dan mendapat beragam simpati dari masyarakat.

Insiden itu terjadi pada Minggu 30 Juli 2024, saat Aco bersama dua putranya bernama Rahim (9), Rahman (12) beserta satu adik iparnya Ucok (23) berlayar dari Pulau Padar hendak menuju Pulau Sebita untuk mencari ikan.

Naas di tengah pelayaran tali kemudi perahu yang mereka tumpangi putus. Perahu tak bisa dikendalikan hingga terbawa arus lantas terbalik dan tenggelam.

Begitu perahu tenggelam, Aco dan dua putranya mencoba sempat bertahan di atas sampan fiber yang dimuat di atas perahu tersebut.

Ketiganya berada di atas sampan kurang lebih dua jam sembari menunggu pertolongan, sementara Ucok terus berusaha menjaga badan perahu yang sudah terbalik agar tidak terbawa arus laut.

"Tidak lama perahu tenggelam ke laut, sementara posisi sampan ini diikat ke perahu, jadi kami semua langsung berhamburan ke laut," kata Aco, ditemui Tribun Flores, Kamis 4 Juli 2024.

Dalam keadaan panik pria 37 tahun ini langsung memeluk erat Rahim sambil berenang di tengah terjangan ombak, sisi lain Aco bersyukur putra bungsunya itu tidak panik.

2 Jam Terombang-ambing

Sementara Rahman diminta Aco untuk naik di ujung sampan yang sudah terbalik. Menurut Aco itu bertujuan supaya dilihat kapal lain yang melintas.

"Saya langsung berenang sambil peluk anak saya yang kecil (Rahim), saya tidak pernah lepas. Saya lalu cari pelampung box (ikan), itu yang kami gunakan untuk bertahan di tengah laut kurang lebih dua jam terombang-ambing. Anak yang saya peluk dia tidak menangis, dia hanya mengeluarkan kata-kata allahuakbar-allahuakbar," ungkap Aco.

"Sementara anak saya yang Rahman saya suruh duduk di atas sampan karena saya lihat ada speedboat yang menuju ke arah kami, jadi dia saya suruh naik untuk melambaikan tangan. Karena kalau di bawah orang tidak lihat karena ombaknya besar," lanjut Aco.

Selama 2 jam lebih terombang-ambing di laut lepas tanpa makanan dan air minum, tak lantas membuat Aco dan anak-anaknya menyerah. Kegigihan mereka untuk bertahan hidup pun akhirnya berbuah manis saat kru kapal turis Sea Zaydan yang kebetulan melintas melihat mereka dan segera memberikan pertolongan.

"Ada speedboat yang kebetulan dari Pulau Komodo mau pulang kembali ke Labuan Bajo, selang beberapa menit baru ada bantuan dari Basarnas, kami dipindahkan ke speed Basarnas," jelasnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved