EURO 2024
Keluarga Bintang Spanyol Nico Williams dan Jasa Seorang Pastor Claretian
Nico Williams berlari kencang di sisi kanan pertahanan Inggris. Di dalam kotak pinalti lawan, pemain berusia 20 tahun itu memperlambat laju sembari me
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE-Nico Williams berlari kencang di sisi kanan pertahanan Inggris. Di dalam kotak pinalti lawan, pemain berusia 22 tahun itu memperlambat laju sembari memperhatikan Lamine Yamal, kompatriotnya yang sedang menggiring bola dari sisi yang berlawanan.
Lamine Yamal, pemain termuda dalam sejarah Euro, mengirim umpan ke dalam kotak pinalti. Ada Dani Olmo di sana. Dengan cerdas, Olmo membiarkan bola bergulir ke arah Williams. Gerakan tanpa bola pemain RB Leipzig ini mengecoh barisan pertahanan The Three Lions.
Nico Williams menyambut bola menyusur tanah tersebut dengan kaki kiri. Tendangan kerasnya tidak mampu dihalau Jordan Pickford.
Seisi stadion bergemuruh. Pemain Athletic Bilbao itu memecah kebuntuan di menit ke-47.
Spanyol berhasil menjadi juara EURO 2024 berkat gol balasan Mikel Oyarzabal pada menit ke-86 membalas gol penyama kedudukan dari Cole Palmer di menit ke-73.
Di akhir laga, Nico Williams dinobatkan sebagai Vivo Player of The Match oleh panelis UEFA.
"Dia sangat berbahaya dalam menyerang, banyak bertahan, membantu Marc Cucurella dan bergerak ke tengah lapangan dengan kombinasi bersama Dani Olmo. Dia mencetak gol pertama dan merupakan salah satu pemain paling berbahaya di lapangan," tulis panelis UEFA menilai Nico Williams.
Nico Williams berdiri di sisi Lamine Yamal sebagai bintang muda Spanyol yang bersinar terang di Euro 2024. Dua bocah ajaib ini sontak menjadi representasi bocah-bocah imigran di Eropa yang berjuang keras mengubah nasib keluarga mereka.
Nico dan Lamine Yamal merupakan anak dari orangtua yang mencari suaka di Spanyol.
Sinar terang mereka di lapangan tidak lepas dari perjuangan orangtua yang ingin kehidupan yang lebih baik di Eropa sejak dua dekade lalu. Ada tangan-tangan tak terlihat yang membawa mereka sampai di panggung tertinggi sepak bola dunia.
Keluarga Nico Williams yang berasal dari Ghana, Afrika, tentu tidak akan melupakan jasa seorang pastor Kongregasi Claretian, Inaki Mardones Aja.
Pada tahun 1994, Felix dan Maria, orangtua Nico Williams, meninggalkan Ghana untuk mencari hidup yang lebih baik di Eropa. Keduanya melintasi Gurun Sahara dan berhasil sampai di Melilla, wilayah teritori Spanyol di pesisir utara Afrika, dengan melompati pagar perbatasan.
Maria kala itu sedang mengandung anak pertama mereka.
Waktu itu pemerintah mengatur relokasi imigran yang berada di Melilla ke berbagai wilayah di Spanyol.
"Mereka disarankan untuk mengatakan bahwa mereka melarikan diri dari negara yang dilanda perang, dan mereka mengatakan berasal dari Liberia. Selama bertahun-tahun saya pikir mereka berasal dari sana," ujar Pastor Mardones kepada BBC Mundo.
"Saat itu saya adalah seorang mahasiswa Claretian (Misionaris Katolik) dan tergabung dalam kelompok Caritas yang peduli terhadap imigran," lanjutnya.
Mardones kini bekerja di layanan perawatan keagamaan katolik di rumah sakit Marques de Valdecilla di Santander.
"Orangtua Nico datang ke Bilbao melalui Caritas de Bilbao. Karena saya tahu Bahasa Inggris maka mereka meminta saya bergabung dalam grup," kenangnya.
Pada suatu kesempatan, Mardones mengunjungi keluarga Williams untuk melihat keadaan mereka. Saat itu, Maria yang sedang hamil besar mengeluh kepada Mardones bahwa dia kesakitan.
Tanpa berpikir panjang, Mardones langsung membawa Maria dan Felix ke rumah sakit. Di rumah sakit itulah, anak pertama mereka lahir. Anak itu kemudian diberi nama Inaki Williams, sesuai dengan nama depan Pastor Mardones.
Inaki Williams (30 tahun) kemudian menjadi pesepak bola professional yang bermain bersama adiknya Nico Williams di klub Athletic Bilbao. Berbeda dengan Nico, Inaki memilih untuk memperkuat Timnas Ghana, negara asal orangtuanya.
Anggota keluarga termuda, Nico Williams Arthur lahir pada tahun 2002 di Pamplona, delapan tahun setelah Inaki lahir.
Masa kecil Nico dan Inaki bisa dibilang dihabiskan tanpa kehadiran ayah mereka, Felix yang pergi merantau ke London sebagai tukang bersih meja dan satpam di pintu masuk Stamford Bridge, markas raksasa Inggris, Chelsea FC.
Inaki lantas menjadi sosok kakak dan ayah bagi Nico. Ibu mereka, Maria, mengambil tiga pekerjaan sekaligus untuk bisa menghidupi keluarga kecil mereka.
Inaki yang menjemput Nico dari sekolah, memberi dia makan dan membimbing dia sebagai pesepak bola.
"Bagi saya dia adalah panutan, dia adalah segalanya bagi saya," ungkap Nico memuji kakaknya, Inaki.
Usai mengangkat tropi EURO 2024, Nico Williams berujar, "sekarang, kami tidak sungguh-sungguh sadar dengan apa yang sudah kami lakukan. Setiap pesepak bola punya mimpi seperti ini. Gelar EURO ini untuk semua orang yang percaya dengan saya sejak awal. Saya sangat senang karena kami berhasil membuat sejarah."
Ya, selain keluarga Williams yang percaya dengan bakat hebat Nico, Pastor Inaki Mardones Aja juga kini menyadari bahwa tidak ada kebetulan di dalam hidup. Tindakan sekecil apapun bisa bermakna luar biasa dalam sejarah hidup manusia.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Pemda Lembata Minta Warga Juga Ambil Bagian Cegah Kebakaran Lahan |
![]() |
---|
Gini Ratio Provinsi NTT Tercatat Sebesar 0,316 pada Maret 2024 |
![]() |
---|
Prestasi Pelatih Luis de la Fuente Latih Timnas Spanyol Sejak Tahun 2015 |
![]() |
---|
Taman Nasional Komodo Rencana Ditutup Reguler, Kurangi Dampak Negatif Aktivitas Wisata Bagi Komodo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.