Stunting di NTT
Stunting di NTT Tertinggi Kedua se-Indonesia Setelah Papua Barat
Prevalensi tengkes atau stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di angka 37,9 persen, menempati posisi kedua
Penulis: Berto Kalu | Editor: Hilarius Ninu
"Ada juga mindset yang berfikir sudahlah kita selesaikan persoalan stunting itu pada saat anak sudah lahir, padahal kita harus melakukan pencegahan itu sejak dini calon pengantin ini, saat merencanakan pernikahan. Kesehatan itu harus dijaga calon orang tua, bapaknya, kurangi rokok atau hentikan rokok misalnya," kata Usman.
Baca juga: PUPR Flores Timur Survei Lokasi Banjir Lahar Dingin di Desa Dulipali
Stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan di Tanah Air. Apalagi stunting dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia sebuah negara, bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik anak, melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak.
Karena itu pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memerangi stunting.
"Kominfo tahun ini mulai berkolaborasi dengan pihak swasta, kita dorong pihak swasta untuk lakukan sesuatu terhadap masyarakat di sekitarnya misalnya dengan sediakan terlur katakanlah seperti itu. Kominfo dalam pencegahan stunting ada di pilar kedua yaitu pilar komuniaksi, edukasi," kata Usman.
Pihaknya juga mendorong tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk membantu pemerintah menuntaskan persoalan stunting di NTT melalui komunikasi dan edukasi dalam kegiatan keagamaan.
Menurutnya pemerintah tidak bisa bekerja sendiri karena punya keterbatasan baik dari sisi anggaran, waktu, dan tenaga. Karena itu perlu kolaborasi pentahelix.
"Peran tokoh agama sangat penting, orang-orang yang dihormati oleh umat, masyarakat yang omongannya dipercaya dan dilaksanakan oleh masyarakat," pungkasnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.