Berita Nasional

Kemenparekraf dan BMKG Luncurkan Program Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak di Sektor Pariwisata

Kemenparekraf membangun kolaborasi dengan BMKG meluncurkan program Sistem Informasi Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (IBF) di sektor pariwisata. 

Editor: Cristin Adal
TRIBUN-FLORES. COM/HO-HUMAS KEMENPAREKRAF
KEMENPAREKRAF- Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno bersamaStaf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi/Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, Kepala Biro Komunikasi, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani dan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawatidalam "The Weekly Brief With Sandi Uno" yang berlangsung hybrid di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2024. 

TRIBUNFLORES.COM, JAKARTA- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) membangun kolaborasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meluncurkan program Sistem Informasi Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (IBF) di sektor pariwisata. 

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno melakukan kick off program ini dalam "The Weekly Brief With Sandi Uno" yang berlangsung secara hybrid di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2024.

Dalam kick off program ini, hadir Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi/Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh, serta Kepala Biro Komunikasi, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani dan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.

Sebelumnya, Kemenparekraf bersama BMKG telah menjalin kerja sama melalui Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk pemanfaatan data cuaca yang akurat di sektor pariwisata.

 

Baca juga: Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo Tak Miliki Izin, Menparekraf Prihatin

 

 

Tahun ini, kolaborasi akan membangun Sistem IBF yang memberikan peringatan dini dan menyoroti dampak positif cuaca bagi pengalaman berwisata.

“Jadi ini akan memudahkan wisatawan dalam mengatur jadwal liburan mereka dengan memperhatikan faktor cuaca,” kata Menparekraf Sandiaga. 

Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi/Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh, menyampaikan Labuan Bajo menjadi pilot project pada program ini. Frans berharap sistem ini akan menjadi salah satu cara dalam memitigasi risiko bencana. 

“Yang menarik misalnya untuk Labuan Bajo masih kategori kegiatan berwisata risiko tinggi, jadi memang sensitivitas terhadap cuaca menjadi penting. Lalu yang menjadi konsep kita adalah data, jadi kalau data-data lokal menjadi bagian orkasting ini menarik, jadi ini tentu kita membutuhkan aspek keselamatan dan kenyaman, jadi ini di atas segalanya pengunjung atau wisatawan akan lebih happy merasa aman dan mendorong mereka akan selalu datang kembali,” kata Frans. 

 

Baca juga: TNI AL Dorong Nelayan-Kapal Wisata di Labuan Bajo Gunakan Peta Laut saat Navigasi

 

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan IBF di sektor pariwisata merupakan sistem yang tidak hanya menginformasikan prakiraan cuaca, prakiraan suhu udara, apakah akan terjadi hujan atau berawan, prakiraan kecepatan angin, kelembaban udara, tapi juga akan menginformasikan potensi dampaknya. 

“Sistem ini akan memberitahukan apakah akan terjadi kilat petir, apakah akan terjadi puting beliung, apakah akan terjadi longsor, banjir, lalu apa yang harus dilakukan, bagaimana cara menyikapinya. Ini sangat penting bagi wisatawan, karena untuk merencanakan mengunjungi suatu destinasi,” kata Dwikorita. 

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved