Lakalantas di Flores Timur
Kisah Dua Bocah Yatim Piatu di Flores Timur, Usapi Wajah Ibunya Lewat Foto
Bergita Nuhan mengalami kecelakaan di ruas Jalan Trans Flores di wilayah Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Jumat, 12 September 2024 lalu.
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Keadaan Andreas Koten (9) dan Helena Peni Koten (6) sungguh mengundang iba.
Dua bocah di Desa Watotutu, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur itu menjadi yatim piatu usai ibunya, Bergita Bunga Nuhan (37) tewas dalam kecelakaan tunggal.
Bergita Nuhan mengalami kecelakaan di ruas Jalan Trans Flores di wilayah Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Jumat, 12 September 2024 lalu.
Bergita adalah perawat ASN di Puskesmas Waimana meninggalkan dua anaknya yang masih SD. Suaminya, Dadianus Koten, lebih dulu berpulang pada 2020 silam.
Baca juga: Fakta-fakta TKP Lakalantas Renggut Nyawa Perawat di Flores Timur, 2 Anaknya Yatim Piatu
Di rumah duka Desa Watotutu, Selasa, 17 September 2024, Andreas dan Helena masih membisu. Menatap wajah sang ibunda lewat bingkai foto yang dikelilingi lilin bernyala, keduanya seperti belum percaya bahwa sedang dirungdung duka.
Helena memasang dua batang lilin di depan foto ibunya. Sedang Andreas mengambil foto itu lalu mendekapnya erat. Sesekali keduanya mengusap wajah Bergita yang terhalang kaca.
Kendati kadang berlarian layaknya anak-anak seusianya, namun kesedihan tak bisa dielak saat keduanya memalingkan wajah ke ruang tengah.
Kakak ipar Bergita, Lia, tak kuasa menahan air mata saat melihat Andreas dan Helena berdiri di dalam ruangan yang dibalut kain putih serta krans duka.
Perempuan dengan busana kaos ungu itu masuk ke dalam kamar dengan tangisan bersuara. Lia tak sanggup melihat Andreas dan Helena berdiri di antara gambar Bergita, salah satunya gambar Bergita dan Dadianus saat mengikhrarkan pernikahan.
Ayah kandung Bergita, Andreas Sina Nuhan (75), mengisahkan Bergita adalah perempuan tangguh dan punya prinsip. Meski ditinggal suami, putri semata wayangnya itu tak berniat mencari pengganti.
"Dia anak kedua, perempuan satu-satunya. Dia dan kakanya laki-laki, anak dua orang," katanya dengan nada dalam.
Meski sibuk dengan tuntutan pekerjaan, apa lagi statusnya PNS, namun Bergita cerdas menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tanggga sekaligus perawat di Puskesmas Waimana.
Dia bilang, Bergita selalu bangun tepat pukul 04.00 pagi, menyiapkan makanan untuk sarapan keluarga, mengurus anaknya pergi ke sekolah.
"Selalu bangun pagi, antar ke sekolah di Weri sebelum jam 07.00 pagi. Apa lagi sekolahnya sangat disiplin waktu, mereka dua (cucunya) sekolah di swasta, SDK Santa Camrmen Salles," ucap kakek 75 tahun itu.
Gurat sedih terlihat jelas dari wajah kakek bertubuh kurus itu. Dia cemas dengan nasib dua cucunya yang masih kecil tapi sudah menanggung plipur lara.
"Ya, kami semua keluarga besar berusaha agar menjadi ibu sekaligus bapa bagi mereka dua, supaya bisa sekolah," tuturnya.
Bergita Bunga Nuhan tewas usai mengalami kecelakaan tunggal. Berdasarkan keterangan Sat Lantas Polres Flores Timur, perempuan 37 tahun itu terkejut saat seekor kambing dalam posisi terikat masuk ke badan jalan.
Diduga menghindar dalam keadan terkejut, sepeda motor Yamaha Mio warna merah hitam yang ia kendarai hilang kendali dan terjatuh.
Namun, sumber lain yang juga saksi mata menyebut Bergita jatuh akibat rem mendadak saat seekor kucing mengalangi jalannya.
TRIBUNFLORES.COM mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan maut di Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Selasa, 17 September 2024 sore.
Letak TKP berada di sebelah kiri atau sesuai jalur korban saat berkendara. Jaraknya sekira 300 meter dari Bandara Gewayantana.
Sebuah batu berukuran sedang diletakkan di bibir aspal. Lilin-lilin yang dipasang sudah tak menyala. Samping batu itu terdapat satu botol air mineral.
Sementara sekitar TKP ditumbuhi rumput liar warna hijau. Warga Desa Tiwatobi mengaku lokasi itu kerap menjadi tempat ikat ternak kambing.
Beberapa warga menceritakan, selama ini banyak kambing diikat pemiliknya di pinggir jalan. Meski ada ternak cukup jauh dari jalan, namun tak sedikit yang dekat bahkan kerap masuk dalam badan aspal.
"Iya, biasa ikat (ternak) di pinggir jalan. Ada banyak. Tapi sejak beberapa hari ini sudah tidak ada lagi," ucap dua warga yang namanya tak disebutkan.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.