Krisis Air Bersih di Ende

Dampak Kekeringan, 2 Sumur di Desa Kobaleba Ende Kering, Warga Susah Dapatkan Air Bersih

"Debit air di sumur ini sangat kecil. Kami harus menunggu berjam-jam agar airnya naik sebelum bisa ditimba," ujarnya. 

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/ALBERT AQUINALDO
MENGAMBIL AIR - Warga Dusun Anarepi, Desa Kobaleba, Kecamatan Maukaro, Kabupaten Ende sedang mengambil air dari satu-satunya sumur yang masih memiliki debit air, Selasa, 15 Oktober 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE – Musim kemerau yang berkepanjangan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, membawa dampak besar bagi masyarakat, khususnya di Desa Kobaleba, Kecamatan Maukaro. 

Di wilayah pesisir utara ini, ratusan warga dari dua dusun kini harus berebut air bersih dari satu-satunya sumur yang tersisa, yang debit airnya semakin menurun setiap harinya.

Dua dari tiga sumur di Desa Kobaleba telah mengering. 

Warga Dusun Ratewegu dan Anarepi, yang selama ini mengandalkan sumur-sumur tersebut, kini hanya memiliki satu pilihan sumur di Dusun Ratewegu yang masih meneteskan harapan. 

Baca juga: Ironi Krisis Air Bersih Dialami Warga di Sekitar Bendungan Napun Gete, Sikka NTT

 

Sayangnya, sumur ini pun perlahan menunjukkan tanda-tanda kekeringan.

Maria Anita Lidi, warga Dusun Ratewegu saat ditemui TribunFlores.com, Selasa, 15 Oktober 2024 siang mengungkapkan betapa sulitnya kondisi yang mereka hadapi. 

"Debit air di sumur ini sangat kecil. Kami harus menunggu berjam-jam agar airnya naik sebelum bisa ditimba," ujarnya. 

Setiap hari, ratusan warga datang bergantian untuk mengambil air, terkadang harus menunggu lebih dari dua jam untuk mendapatkan air.

Kondisi ini telah berlangsung lama, terutama di musim kemarau seperti saat ini. Kekeringan yang berkepanjangan membuat masyarakat semakin terdesak. Sumur-sumur yang biasanya menjadi sumber kehidupan, kini hanya menyisakan kekeringan.

Di pagi hari, antrean panjang warga terlihat di sekitar sumur. Mereka datang dari berbagai pelosok dua dusun untuk mengambil air.

Bukan hanya pagi, siang dan sore hari pun mereka kembali untuk mendapatkan setetes demi setetes air yang menjadi kebutuhan dasar mereka.

Selama musim hujan, warga Desa Kobaleba masih bisa bernapas lega dengan memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, di tengah musim panas ini, harapan satu-satunya adalah sumur yang semakin menyusut debitnya.

"Sumur yang masih bisa digunakan warga itu hanya disini tapi itupun susah sekali debit airnya, hanya sedikit, tapi sumur air ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk dua dusun ini, itupun harus menunggu sampai airnya naik baru bisa timba, kalau airnya surut, masyarakat terpaksa harus menunggu dulu sampai airnya naik," tutur Anita. 

"Sekarang kami kesulitan air, terlebih untuk minum, itu yang kami kesulitan, selain itu untuk mandi dan cuci juga kami setengah mati, harus mencari air di luar, kadang air sudah kering semua, setengah mati kami dapatkan air, cari air di luar itu maksudnya kami beli, satu tanki dengan harga Rp 50-75 ribu per tanki yang kecil," tandas Anita.

Ditengah kesulitan akses air bersih seperti saat ini, Anita dan juga masyarakat Desa Kobaleba pada umumnya sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah.

"Kami berharap pemerintah bisa memberikan sedikit bantuan kepada masyarakat dan terjun langsung ke tempatnya untuk melihat kondisi masyarakat sekarang ini yang sangat kekurangan air," ujar Anita.

Krisis air ini tidak hanya melanda Dusun Ratewegu dan Anarepi. Di Dusun Kobaleba, warga mengandalkan sumur milik misi yang debitnya juga mulai menurun. 

Kepala Dusun Kobaleba, Antonius Tesen, menyatakan bahwa sumur di dusunnya sudah kering selama dua bulan terakhir. 

"Kami hanya bisa mengandalkan air dari sumur misi, tetapi airnya sudah mulai menipis," ungkapnya.

Untuk mengatasi kekurangan air, warga Kobaleba juga terkadang terpaksa membeli air dengan harga Rp 50.000 hingga Rp 75.000 per tangki kecil. Namun, bagi banyak warga, membeli air bukanlah solusi yang mudah karena keterbatasan ekonomi.

Kondisi ini semakin memperparah kehidupan warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan bergantung pada hasil panen. Selain kekurangan air bersih, hasil pertanian juga mengalami penurunan drastis karena kekeringan, membuat kehidupan mereka semakin sulit.

Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk memberikan bantuan. Maria Anita Lidi, Antonius Tesen dan warga lainnya berharap pemerintah bisa menyediakan solusi yang lebih permanen, seperti pengeboran sumur baru atau penyediaan air bersih secara lebih merata.

Dalam kunjungannya ke Desa Kobaleba, Selasa, 15 Oktober 2024, Anggota DPR RI Andreas Hugo Parera (AHP) mengakui adanya usulan dari masyarakat untuk pengeboran sumur air. Saat ini, tim survei sedang dalam proses untuk menentukan lokasi yang tepat, mengingat daerah ini memiliki karakteristik yang sulit untuk pengeboran.

“Kita sedang menunggu hasil survei. Proses pengeboran di sini tidak mudah karena sumber airnya sulit ditemukan. Tapi, kami berharap tim survei segera datang dengan peralatan untuk memulai pengeboran,” ujar AHP saat berdialog dengan warga setempat di Kantor Desa Kobaleba.

Sementara itu, warga Desa Kobaleba terus berjuang dengan keterbatasan air yang ada. Mereka berharap upaya pengeboran sumur baru segera terealisasi agar tak lagi bergantung pada satu sumur yang semakin menyusut debitnya. 

Bagi mereka, air bukan hanya soal kebutuhan, tapi juga soal kelangsungan hidup di tengah kerasnya musim kemarau.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved