Konflik Lahan di Adonara

Konflik Tanah di Adonara, Flores Timur, NTT, Ratusan Siswa Tidak Sekolah 

"Tiga lembaga pendidikan dari tingkat TK/Paud, SD Inpres Bogalima dan SMP Satap Negeri Bugalima ini diliburkan sejak hari kejadian hingga hari ini.

Penulis: Arnol Welianto | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO 
SEKOLAH - Suasana di SDI Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT, Rabu 23 Oktober 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto 

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Ratusan siswa  tiga lembaga pendidikan di Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT tidak bersekolah pasca konflik sengketa tapal batas antar Desa Bugalima dan Desa Ilepati.

Kepala Desa Bugalima Yohanes Polikarpus Baka Tukan mengatakan, tiga lembaga pendidikan dari tingkat TK/Paud, SD Inpres Bogalima dan SMP Satap Negeri Bugalima diliburkan sejak hari pertama konflik pada Senin 21 Oktober 2024 lalu.

"Tiga lembaga pendidikan dari tingkat TK/Paud, SD Inpres Bogalima dan SMP Satap Negeri Bugalima ini diliburkan sejak hari kejadian hingga hari ini,"ujarnya, Rabu 23 Oktober 2024.

Kata dia, Pemerintah Desa setempat sudah melakukan komunikasi dengan Pemkab Flores Timur terkait keamanan di Desa Bugalima apabila para siswa diijinkan untuk masuk sekolah.

Baca juga: Ratusan Warga Bugalima Mengungsi Pasca Konflik Tanah Adonara, Tempati Rumah Warga dan Kapela

 

"Kita sudah bangun komunikasi dengan Pemkab dan pihak keamanan menjamin situasi keamanan di Desa Bugalima, termasuk apabila anak-anak masuk sekolah," jelasnya.

Dikatakannya, saat ini para siswa berada bersama orang tua mereka masih mengungsi di rumah penduduk di Desa Wureh.

Lanjutnya, Berdasarkan hasil rapat bersama pengawas sakolah SD dan SMP di Desa Bugalima, disepakati apabila anak-anak masuk sekolah dalam beberapa hari kedepannya akan diberikan trauma healing sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) karena anak-anak masih merasa takut dan cemas pada peristiwa tersebut.

Sementara itu, Kepala Sekolah Dasar Inpres Bogalima, Klemens Helan mengaku, tidak berani mengumpulkan anak didik ke sekolah karena mental anak-anak masih takut dan cemas soal peristiwa yang terjadi saat itu.

"Sampai dengan hari ini kami belum punya keputusan untuk kegiatan pembelajaran dimulai,"jelasnya.

Ia berharap kepada Pemerintah Kabupaten Flores Timur atau lembaga mana pun untuk bisa memberikan trauma healing untuk anak-anak di Desa Bugalima.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved