Gunung Lewotobi
Hati yang Tertinggal di Lembah Lewotobi, Bencana Panjang Tanpa Kenal Jeda
Sejak erupsi besar disertai ledakan dahsyat, Minggu, 3 November 2024, seisi pemukiman Desa Klatanlo, Hokeng Jaya, Dulipali, berubah sepi
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Hilarius Ninu
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Gelak tawa tak lagi terdengar. Suasananya begitu sepi semenjak ditinggal pergi ribuan orang. Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki memaksa warga Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura mengosongkan kampung yang sementara ini tak aman ditempati.
Sejak erupsi besar disertai ledakan dahsyat, Minggu, 3 November 2024, seisi pemukiman Desa Klatanlo, Hokeng Jaya, Dulipali, berubah sepi layaknya kampung tak berpenghuni.
Puing-puing bangunan masih berserakan usai dihantam material panas. Tak ada lagi canda tawa di lorong setapak dan tongkrongan yang biasanya menjadi tempat berbagi cerita.
Pintu rumah tertutup rapat. Selasar teras penuh dengan debu dan lumpur. Aroma belerang menyumbat hidung. Kampung yang porak-poranda itu dijaga oleh kawanan anjing yang tak berhenti melonglong kelaparan, mencari keberadaan sang tuannya.
Baca juga: Pengungsi Lewotobi di Sikka Terus Bertambah, Pj Bupati Sikka: Kita Terima dengan Tangan Terbuka
Desa Klatanlo, Dulipali, dan Hokeng Jaya berada dekat dengan pusat letusan Gunung Lewotobi Laki-laki. Jaraknya sekira 4 kilometer membuat ketiga kampung ini masuk dalam zona merah atau kawasan rawan bencana.
Ribuan warga di desa itu sudah mengungsi ke tiga poskoh yang disediakan Pemerintah, yaitu Poskoh Konga, Poskoh Bokang Wolomatang, dan Poskoh Lewolaga. Meski demikian, tak sedikit warga memilih mengungsi mandiri di rumah keluarga di Larantuka, Ibu Kota Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Meninggalkan kampung yang membesarkan generasi dan memberi keteduhan sungguh berat bagi korban bencana. Tak ada pilihan selain mengamankan diri meski kerinduan untuk pulang selalu menghiasi ruang mimpi.
Layaknya 'Kota Mati', pemukiman desa yang luluhlantak menyisahkan bangunan yang tak terawat lagi. Bangunan retak, warna tembok berubah abu-abu, bahkan tanaman menjadi layu karena terpapar belerang. Mirip kampung tak berpenghuni, seperti ditinggal pergi selama puluhan tahun.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.