Gunung Lewotobi Meletus

Pengungsi Lewotobi di Posko Hikong Diserang Penyakit ISPA, Ada yang Muntah-muntah

Meletusnya Gunung Lewotobi Laki-laki pada 3 November 2024 lalu membawa duka bagi ribuan warga Flores Timur. Kini warga mulai menderita penyakit ISPA.

Penulis: Cristin Adal | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / ADAL KRISTIN
PELAYANAN- Relawan Nakes Puskesmas Boganatar melayani pengungsi yang berobat di Posko SDK Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, Kamis (7/11/2024). 

Bencana yang tak terduga ini memupuskan harapan para siswa terkhusus didaerah terdampak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Para siswa terpaksa berhenti bersekolah dan diliburkan dikarenakan situasi yang tak menentu dan setiap waktu mengancam nyawa. 

Para siswa yang diungsikan mulai diliputi rasa gundah gulana lantaran tak kunjung mendapatkan pendidikan seperti biasanya. Para siswa mulai dilanda kerinduan akan suasana sekolah seperti dulu. 

"Kami kami rindu ke sekolah untuk bertemu dengan teman-teman karena di sini sepi, " ungkap Chen, Siswi SMPK Sanctissima Trinitas bersama teman-temannya saat disambangi TRIBUNFLORES.COM, Jumat 8 November 2024.

Chen bersama anak-anak yang lain merasa hampa karena merasakan suasana yang sangat berbeda pasca letusan gunung api Lewotobi. 

"Disini kami hanya diberi tugas, lalu untuk keseharian kami hanya duduk dengan teman-teman saja," ucapnya. 

Menjalani aktivitas di tempat pengungsian, bagi Chen sangat membosankan, seiring rasa bosan yang makin menguat kerinduan akan suasana sekolah pun makin membuncah. 

Chen pun tak ragu mengatakan ingin secepatnya kembali berjumpa dengan teman-teman di sekolah. 

Dia juga merindukan suasana di dalam ruangan kelas seperti dulu dimana ia bersama teman-teman dapat mengikuti pembelajaran secara baik dan lancar. "Kalau di posko ini kita hanya duduk-duduk saja, dikasih tugas saja, " jelasnya lagi. 

Gedung sekolah SMPK Sanctissima Trinitas Hokeng tempat Chen bersekolah pun rusak berat, tak dapat ditempati akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Senada dengan Chen, Ovi, Siswi SDN Bawalatang juga merasa rindu ingin kembali ke sekolah. 

Menjalani keseharian di tempat pengungsian, menurut Ovi, tak ada banyak hal yang dilakukan bahkan untuk belajar pun ia mengaku kesulitan lantaran tempat dimana ia menginap tidak cukup kondusif. 

"Kalau di sini kami tinggal gabung jadi tidak nyaman untuk belajar, " ungkapnya. 

Ia juga mengaku jika beberapa hari terakhir ia bersama teman-temannya dikunjungi mahasiswa dan aktivis di bidang literasi untuk melakukan pembelajaran secara darurat. 

"Kami juga ada ketemu kakak-kakak yang datang, kami ada nyanyi-nyanyi, " ungkapnya. 

Meski demikian ia dan teman-temannya merasa bahwa suasana di sekolah lebih nyaman ketimbang di tempat pengungsian. 

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved