Kasus Pengeroyokan di Nagekeo
Akibat Dikeroyok 11 Pemuda, Guru SDK Watuhdoge, Nagekeo Belum Bisa Makan
Maksimilianus Buu Goo, guru SDK Watuhdoge, Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur diduga dianiaya sekelompok pemuda
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Ricko Wawo
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo
TRIBUNFLORES.COM, MBAY - Maksimilianus Buu Goo, guru SDK Watuhdoge, Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur diduga dianiaya sekelompok pemuda di Nuasele, Desa Keli, Kecamatan Keo Tengah, Selasa, 26 November 2024 malam atau sehari setelah peringatan Hari Guru yang biasanya diperingati setiap tanggal 25 November.
Akibatnya, hingga saat ini Maksimilianus belum bisa berjalan, belum bisa makan dan masih mendapat perawatan dari sang istri, Maria Eufrasia Dewi, yang juga berprofesi sebagai guru di SDN Keliwatuwea.
"Masih kompres, masih perawatan, kakinya juga belum bisa jalan, terus makan juga belum bisa telan hanya bisa bubur saja. Kemarin sempat dirawat di rumah sakit terus visum habis, terus keluar sekarang kami pakai obat kampung dulu untuk kompres, rencananya minggu depan baru ke rumah sakit lagi untuk rontgen," tutur Maria Eufrasia Dewi saat dikonfirmasi TribunFlores.com, Sabtu, 30 November 2024 pagi.
Saat kejadian Maria tidak sedang bersama sang suami. Berdasarkan penuturan sang suami, pada saat kejadian Maksimilianus sedang mengangkut material untuk pembangunan SDN Keliwatuwea (red: tempat mengajar Maria Eufrasia Dewi) ditemani anak kandung mereka yang masih berusia 3 tahun dan Kepala SDN Keliwatuwea.
Baca juga: Diduga Aniaya Seorang Guru, Polisi Tahan 11 Pemuda di Nagekeo NTT
"Sekolah kami kan dapat sumbangan dari 1000 guru jadi Ibu Kepsek ini minta di suami untuk antar material, jadi pas lewat di Kampung Nuasele itu, ada anak-anak muda parkir motor di tengah jalan, dua motor melintang di tengah jalan, karena muatan berat ada seng 100 lebih lembar, ada tripleks dengan semen jadi suami ini sudah klakson dari jauh karena posisinya di tanjakan dan main lampu biar mereka geser tapi tidak respon," tutur Maria.
Saat itu, lanjut Maria, Maksimilianus sempat marah dan kebetulan saat itu ada satu orang tua yang juga berada di lokasi itu.
"Kamu ini tidak ada mata, tidak ada telinga kah, kamu buat jalan macam kamu punya, akhirnya bapa tua hanya melotot dan nantang saja dia (red: suami) tidak ada suara, akhirnya dia (red: suami) balik marah, dia bilang bapa liat saya kenapa? Terus akhirnya bapa tua sudah mulai marah, jadi suami ini karena berpikir di dalam mobil ada anak umur 3 tahun dengan ibu kepsek jadi suami tidak respon lagi, dan mereka juga akhirnya sempat kasih pinggir motor jadi dia jalan terus sampai di sebuah rumah yang kami biasa bilang terminal, tempatnya nama Omboloja," tutur Maria menceritakan kronologis kejadian sesuai dengan cerita sang suami, Maksimilianus Buu Goo.
Saat Maksimilianus sedang menurunkan material dari mobil, lanjut Maria, puluhan mulai berdatangan di lokasi itu dengan menggunakan kendaraan roda dua.
Maksimilianus yang mengetahui kedatangan para pemuda tersebut awalnya belum mengetahui maksud kedatangan mereka. Sesaat kemudian dia langsung mengingat kejadian yang baru saja di tanjakan saat dirinya hendak menuju lokasi kejadian dan sempat dihadang dua unit kendaraan.
Maksimilianus kemudian meminta tolong salah satu saudaranya untuk menyelematkan sang anak yang masih berusia 3 tahun di salah satu rumah kerabatnya yang tidak jauh dari lokasi kejadian.
"Meraka datang langsung mereka teriak bilang siapa yang maki tadi, ternyata itu bapa tua itu dia provokasi ke anak-anak katanya suami ini maki orang tua mereka, itu baru tiga orang pertama, terus suami ini bilang datang sini dulu, omong baik-baik, tanya baik-baik, tiga orang itu sudah berhenti tapi muncullah satu orang lagi langsung pukul suami secara membabi buta, dia serang suami, setelah dia sudah tidak tahu lagi siapa-siapa yang serang dia karena massa datang banyak, jadi dia benar-benar tidak ada perlawanan sama sekali, dia hanya tahan dia punya muka saja apalagi kejadiannya sudah malam," ujar Maria yang mengaku mengetahui kejadian itu satu jam kemudian.
Selama ini, tutur Maria, saat dirinya sering diantar oleh sang suami menuju tempat tugasnya di SDN Keliwatuwea, tidak ada masalah bahkan saling tegur sapa seperti biasa antara sang suami dan pemuda serta masyarakat setempat.
"Makanya saya kaget, kok bisa-bisanya mereka begitu, waktu itu mereka tidak mabuk, mereka hanya kumpul saja di situ," tambah Maria.
Kasus itu kemudian dilaporkan Maria Eufrasia Dewi ke Mapolsek Mauponggo.
Dikatakan Maria, akibat penganiayaan tersebut, sang suami Maksimilianus Buu Goo, guru SDK Watuhdoge mengalami luka serta bengkak dibagian kaki kiri, luka di bagian belakang badan korban serta ada bekas cekikan di bagian leher yang menyebabkan Maksimilianus kesulitan makan.
Sebagai istri dan juga seorang guru, Maria berharap para pelaku diproses sesuai aturan yang berlaku.
"Kami minta supaya semua pelaku ditangkap karena sekarang baru 12 orang, terus menjaga kami punya keamanan juga karena setiap hari pergi mengajar juga harus lewat disitu, jadi kami rasa jadinya tidak nyaman," tutup Maria.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.