Kasus Pungli di Sikka
Dispar Sikka Terima Keluhan Marak Pungli di Hutan Lindung Egon dan Pantai Koka Flores NTT
Kasus pungutan liar (Pungli) di tempat wisata marak terjadi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Tempat wisata indah tapi pungli banyak meresahkan
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Destinasi wisata pantai ini di Desa Wolowiro, Kecamatan Paga, wilayah perbatasan Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende. Sekitar 49 kilometer arah barat Kota Maumere di pesisir selatan Kabupaten Sikka.
Tempatnya yang tersembunyi, bersih, dan alamnya yang begitu indah membuat tempat wisata ini digandrungi wisatawan mancanegara.

Hari-hari biasa di pantai ini, pengunjung umumnya wisman sementara akhir pekan banyak dikunjungi wisatawan lokal.
Fritz, pemandu wisata asal Manggarai Timur yang dijumpai di Pantai Koka mengatakan, sudah enam kali mengunjungi tempat wisata ini bersama kliennya, wisatawan mancanegara.
"Pantai Koka the best beach of Maumere karena lokasinya tersembunyi, jauh dari keramaian dan yang datang ke sini sangat sedikit orangnya. Maka wistawan asing sangat senang sekali datang ke Pantai Koka,"ujar Fritz yang sedang menemani sepasang suami istri asal Belanda di Pantai Koka, Sabtu (7/9/2024).
Infrastuktur dan Pengelolaan Pantai Koka
Kata Fritz, Pantai Koka sudah dikenal wisatawan mancanegara. Wisatawan datang karena rekomendasi wisatawan sebelumnya. Tempat wisata pantai yang nyaman, bersih dan sepih.
Namun sayangnya, kondisi jalan ke Pantai Koka masih buruk begitupun penarikan retribusi yang dilakukakan dua kali. Di pos pertama, karcis masuk untuk mobil Rp 40 ribu dan pos kedua Rp 20 ribu.
Tindakan ini tentu membuat wisatawan merasa tidak nyaman. Menurut Fritz, Pantai Koka harus diatur dengan baik mulai dari infrastuktru jalan hingga penambahan kafe. Yang lebih utama adalah hospitality.
"Terbesit satu harapan untuk Pantai Koka, bahwa kalau bisa infrastrukturnya dibagus lebih bagus lagi. Setidaknya jalan ke tempat ini bisa diperbaiki, kafenya bertambah biar wisatawan yang datang ke sini bisa banyak pilihan untuk makanan. Karena untuk sementara, kafenya cuma satu sehingga para tamu tidak punya alternatif lain,"kata Fritz.
Selain Fritz, salah satu pengunjung Pantai Koka, Yohanes Simon Thomas memboyong anggota keluargnya menghabiskan akhir pekan di Pantai Koka. Ia warga Kota Maumere namun asalnya di Desa Wolowiro.
"Dilihat dari topografi alamnya, Pantai Koka ini sangat menarik dan luar biasa. Sehingga banyak orang mau ke sini. Tapi yang menjadi soal adalah bagaimana pengelolaan di sini,"kata Yohanes.
Yohanes membenarkan bahwa persoaalan di Pantai Koka terkait infrastruktur dan pengelolaan rertibusi.
"Kemarin itu sudah disepakati oleh desa bahwa, pengelolaan ini satu pintu. Biaya karcis masuk untuk mobil saja, Rp 40 ribu. Tetapi mungkin hal lain di antara masyarakat pemilik lahan, mungkin juga kurang transparansi dari Kepala Desa, sehingga menimbulkan pembayara retribusi dua kali, "ujar Yohanes.
"Kita harapkan kepala desa dan aparat segerah memanggil orang-orang pemilik tanah untuk mengatur biar, jangan lagi ada pendobelan karcis. Saya sebagai warga di sini, mempunyai harapan besar bahwa tempat ini merupakan tempat wIsiata yang sangat bagus. Selain mendapatkan pendapatan bagi UKM di sini tentunya, perlu ada perhatian dari pemerintah daerah,"pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.